Oleh: Rahma Dhoni
Mahasiswa Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam
Tanggal satu Januari sering kali diperingati oleh kaum Milenial sebagai Hari Doa Nasional. Entah siapa pencetusnya yang jelas terjadi secara spontan berkembang dan diperingati. Kebanyakan dari mereka lebih menjadikan awal tahun sebagai momentum berdoa dengan khusyuk. Dan terkesan mereka menukar peran Tuhan dengan tahun, ada-ada saja.
Selain memanjatkan doa, mereka juga memaknai pergantian tahun dengan harapan yang baru. Ada dari mereka yang ingin tahun ini memprioritaskan untuk memutus predikat jomblonya, berusaha menekan berat badan, menjadi pelancong sana-sini, hingga ingin menemukan makna kebahagiaan yang sebenarnya. Penyampaian harapan, doa-doa mereka seperti itu acapkali disebut Resolusi Awal Tahun.
Menilik dari sejarah, Resolusi Awal tahun ini telah dimulai sejak ribuan tahun lalu. Dilansir dari nationalgeographic.co.id, masyarakat Babilonia kuno disebut-sebut sebagai yang pertama kali membuat Resolusi Tahun Baru pada 4000 tahun lalu. Selanjutnya, Resolusi Tahun Baru juga merupakan tradisi sekuler yang umumnya berlaku di dunia barat, tetapi umum dilakukan di seluruh dunia.
Eh, tradisi sekuler ya, nanti ada juga yang naik pitam tuh. Tapi tunggu dulu, persepsi tiap orang boleh beda karena kita tinggal di negara yang sangat beragam. Jangan terlalu memaksa kehendak keyakinan kita ke orang lain ya. Nanti dicap pula oleh kaum nasionalis garis keras sebagai orang yang radikal.
Para milenial yang dirahmati tahun Tuhan, emang sih pada dasarnya berkeinginan ini-itu adalah suatu hal yang baik. Sebab tidak ada batasan untuk berkeinginan, tapi jika tidak terwujud mau bagaimana lagi kan. Jujur saya cukup terkesima melihat ragam harapan semua orang di sosial media pada page 1/365 hari ini.
Selain itu, tanggal 1 Januari sekarang cukup cantik lo, hari Jumat juga lagi tuh. Kita mengetahui bahwa hari Jumat merupakan hari yang baik bagi umat Islam. Di mana hari Jumat termasuk dalam waktu yang mustajab (waktu di mana doa lebih mudah dikabulkan).
Namun, jangan kita menuliskan resolusi tersebut hanya jadi euforia semata. Hanya dalam rangka pamer di sosial media dan melupakannya, lalu hilang menjadi ilusi. Nanti semakin ditertawakan mereka pula tuh yang diam-diam di sosial media, tapi di kehidupan nyata mampu berbicara banyak.
Kita tentu mengharapkan sebuah resolusi untuk solusi pedoman pada tahun ini, lalu target tersebut kita prioritaskan dari kegiatan lainnya untuk bisa dicapai. Jika target kita berhasil, cukup mensyukuri dan mulai pasang kembali target lainnya. Dengan catatan hanya kita saja yang tahu resolusi kita itu. Pokoknya jangan dipublikasikan kemana pun, karena hal tersebut tidak penting.
Kita juga tidak pernah tahu, situasi apa yang akan menerpa tahun ini kedepannya. Banyak Resolusi mereka tahun 2020 lalu yang diyakini gagal akibat adanya pandemi. Hal tersebut cukup telak mengganggu kelangsungan hidup dan juga kemajuan hidup kita. Banyak hidup mereka yang stuck dan berjalan mundur.
Seperti halnya, ada yang ingin menikah malah kandas hubungannya akibat kesulitan ekonomi, ada yang ingin lebih produktif malah pasif akibat sulitnya lapangan kerja, atau ada yang ingin diet dengan pola hidup sehat malah makin gemuk karena kebanyakan ngemil demi mengusir kebosanannya.
Tapi 2020 sebenarnya tidak buruk-buruk amat kok bagi sebagian orang yang menetapkan resolusi lainnya. Seperti orang yang berkeinginan menamatkan 100 buku dalam setahun, ia bisa wujudkan karena pandemi telah memberikan orang tersebut banyak ruang untuk sendiri. Atau ada orang yang ingin lebih banyak menghabiskan waktunya bersama keluarga dan dapat diwujudkan dengan Work From Home (WFH).
Dalam menjalankan sesuatu, tidak ada yang sia-sia dan tidak pula harus kita sesali, begitu dengan resolusi kita tahun lalu. Mana tahu Tuhan telah mengganti keinginan anda dalam bentuk lainnya. Kita ambil contoh, ada orang yang ingin lebih bersuara dan ingin aktif berdiskusi sebelum adanya pandemi, tapi setelah adanya Covid-19, membuat orang tersebut tidak sering keluar rumah. Lalu ia berinisiatif untuk bisa mengembangkan potensi lainnya, seperti menulis, mengedit ataupun mendesain.
Tapi masalah yang telah menjadi darah daging di Indonesia saat ini ialah mengeluh. Skill mengeluh orang Indonesia jangan tanyakan lagi, sebab sangat teruji dan diakui oleh dunia internasional. Hal tersebut hendaknya kita kurangi, karena negara kita ini sudah sering kali mencetak prestasi yang tidak penting-penting amat.
Oleh karena itu, Bagi saya resolusi terbaik di tahun 2021 adalah lebih banyak bersyukur dan kurang-kurangi lah bawa perasaan (Baper). Sebab, lebih banyak bersyukur membuat mu lebih bahagia, dan tidak terlalu berlarut-larut dengan Baper membuatmu lebih lega.
Walaupun terdengar sederhana, resolusi tersebut memiliki nilai yang berharga. Banyak bersyukur membuatmu lebih menghargai setiap apa yang anda punya, dan menghindari setiap kejadian buruk seperti terlalu berobsesi dan menghalalkan segala cara. Sehingga kejadian yang tidak diinginkan bisa diminimalisir.
Dan resolusi untuk mengurangi intensitas Baper berdampak pada kita untuk lebih memaafkan situasi yang ada. Baik itu dengan diri sendiri berupa melupakan kegagalan tahun lalu, maupun orang lain yang telah mengecewakanmu sebelumnya. Mari latih hidupmu dengan resolusi realistis, ketimbang ilusi yang membuatmu meringis.