Suarakampus.com- Merefleksi unsur sejarah keulamaan dan kepahlawanan Tuanku Imam Bonjol, UIN Imam Bonjol Padang lakukan sayembara untuk membuat monumen sebagai ikonik kampus. Namun hal tersebut dikecam kurang fleksibel oleh mahasiswa, lantaran masih banyak yang perlu penuhi dan dibenahi dari kampus.
Berdasarkan data yang diperoleh suarakampus.com, sayembara telah berlangsung sejak 15-29 September 2022 lalu. Hadiah kegiatan tersebut mencapai 90 juta rupiah, yang diketahui dananya berasal dari Badan Layanan Umum (BLU) UIN Imam Bonjol Padang.
Wakil Ketua Senat Mahasiswa Universitas (Sema-U), Mardian Susanto menyampaikan bahwa kegiatan tersebut bukan langkah baik, banyak keperluan mahasiswa dan kampus yang mesti dilengkapi. “Dari pada buang-buang anggaran untuk pelaksanaan sayembara ini, lebih baik kampus lakukan perbaikan jalan di kampus III yang sedang tidak baik-baik saja,” ucapnya, Senin (03/10).
“Jalan tersebut cukup parah berbahaya untuk dilalui pengendara, apalagi jalannya yang bergelombang-gelombang,” tambahnya.
Selanjutnya, Presiden Mahasiswa (Presma) Nopalion mengatakan, sayembara bukanlah hal urgen yang mesti digelar sekarang, sebab kampus belum terlihat stabil lantaran masih dalam proses perpindahan. “Kita masih dalam tahap perpindahan banyak yang perlu kita perhatikan, seperti fasilitas yang belum tersedia di kampus III saat ini,” katanya.
“Jadi seharusnya kita fokus ada perpindahan ini terlebih dahulu, dan sayembara ini bukan hal yang patut didahulukan,” sambungnya saat ditemui oleh suarakampus.com.
Lanjutnya, hadiah yang ditawarkan juga terbilang tinggi sehingga, hal tersebut dianggap tidak terlalu penting untuk sekarang. “Anggarannya terlalu bombastis menurut saya, jika kita alokasikan pada subsidi bus atau beasiswa mungkin lebih bermanfaat lagi,” ujarnya.
Kemudian, Mahasiswa Fakultas Adab dan Humaniora Fajri Saputra menyebutkan bahwa, tidak ada rasa keberatan mengenai sayembara monumen tersebut pasalnya, UIN memang sedang membutuhkan simbolisasi.
“Kita butuh tanda untuk ikon Imam Bonjol yang kita pakai, setidaknya dengan monumen ini dapat mengingatkan kita akan sejarah kembali,” sebutnya.
Selain itu, Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Rihan menuturkan, kegiatan tersebut dapat menambah daya tarik dan keindahan kampus, serta mampu mengangkat nama kampus di luar sana. “Jika monumen ini benar-benar dibuat nanti pasti kampus akan kelihatan lebih indah lagi, hal itu tentu menjadi kebanggan tersendiri bagi mahasiswa,” tuturnya.
Mahasiswa Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama Rasyid mengungkapkan bahwa, sebagian besar mahasiswa UIN Imam Bonjol Padang berasal dari keluarga yang kurang mampu, maka alangkah baiknya anggaran tersebut dialihkan kepada beasiswa. “Sayembara ini membuka peluang untuk menimbulkan kekecewaan mahasiswa, bahwa mahasiswa memilih menetap di mushalla atau masjid,” pungkasnya.
Menanggapi hal ini, Ketua Panitia Sayembara Arwendria mengatakan, tidak ada kaitan sayembara tersebut dengan pemenuhan fasilitas kampus. “Sayembara ini hadir karena sudah ada anggaran khusus untuk ini jadi, tidak ada hubungannya dengan fasilitas kampus,” katanya.
Ia menjelaskan, narasi penolakan sayembara disebabkan oleh fasilitas kampus yang belum lengkap tersebut tidak jelas. “Cakupan fasilitas kampus ini luas, kalau fasilitas utama yang tidak terpenuhi maka, itu pasti akan dipenuhi,” pungkasnya.
“Kalau mengenai AC kami sedang menunggu penambahan daya listrik yang lebih tinggi sebesar 1600 kVa. Untuk internet insyaAllah November sudah selesai jaringan kampus terpadu,” jelasnya.
Ia menyampaikan bahwa, pengumuman pemenang bakal dilakukan ketika Dies Natalis UIN Imam Bonjol Padang ke-56. Sayembara tersebut merupakan bagain dari rencana besar untuk membangun pusat studi Imam Bonjol ke depannya.
“Hal ini menjadi langkah awal kita menuju Galery, Library, Archives, Museum (GLAM) Imam Bonjol,” harapnya.
Sampai berita ini dinaikkan belum ada konfirmasi dari penanggung jawab sayembara, Kafrina setelah dihubungi. (ndn)
Wartawan: Idhar Rahman