Suarakampus- Akaraya merupakan tagline dari Peringatan September Hitam pada tahun ini. Kegiatan tersebut dilaksanakan mulai 19-21 September di Depan Tugu Gempa, Padang.
Vic Sundesk sebagai salah satu peserta sekaligus event fight pada Peringatan September Hitam mengatakan, bahwa peringatan ini menjadi simbol dari ketidakadilan struktural dan bertujuan untuk menampar negara. “Ada banyak isu tanah air yang belum diselesaikan bahkan diabaikan,” ucapnya.
Kemudian, ia menyampaikan September Hitam dilakukan sekali setahun, dan pada tahun ini dilaksanakan selama tiga hari. “Acara hari ini dilaksanakan dari jam 5 sore, dimulai dengan aksi kamisan,” katanya.
Sejalan dengan itu, salah satu inisiator September Hitam, Yanes menyampaikan bahwa ada sebanyak 16 tuntutan yang akan disampaikan. “Berberapa di antaranya tragedi Munir kenapa diracun, pembunuhan Salim Kancil, peristiwa Kanjuruhan, reformasi dikorupsi, peristiwa Talang Sari, Semanggi pertama dan kedua, pembunuhan Nia, komerisal pendidikan, kekerasan seksual, pembantaian 65, tragedi Afif Maulana, brutalisme aparat konflik Air Bangis, konflik Rempang, konflik APA, dan iklim,” paparnya.
Selain itu, ia menyampaikan bahwa ada sebanyak 22 komunitas serta aliansi mahasiswa yang ikut serta pada peringatan September Hitam. “Sebagian di anataranya ada aliansi mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Padang, Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Ganto Universitas Negeri Padang (UNP), serta LPM Suara kampus,” lanjutnya.
Kemudian, salah satu aksi peserta yang berasal dari Himpunan Mahasiswa Papua (HIMAPA) Universitas Bung Hatta, Yoseru mengatakan bahwa ia sempat menyumbang puisi yang berisi harapan untuk negeri asalnya, yaitu Papua. “Dengan adanya kegiatan ini bisa menyampaikan aspirasi yang kami tunggu-tunggu,” tutupnya. (hkm)
Wartawan: Ummi Nadia