Suarakampus.com- Sungkai Greenpark menjadi destinasi ekowisata nasional yang memadukan konservasi, edukasi, dan pemberdayaan masyarakat sejak dirintis tahun 2008. Kawasan yang berlokasi di Lambuang Bukik Kecamatan Pauh Kota Padang ini menarik minat wisatawan karena menyuguhkan keasrian alam, kegiatan edukatif, Sabtu (05/04).
Pengelola kawasan, Rimbra Syaiful, menyebut ekowisata ini lahir dari keprihatinan terhadap kampung halaman yang dulu terisolasi. “Kami membangunnya bersama masyarakat sebagai bentuk kepedulian terhadap potensi desa,” ujarnya.
Pelopor Sungkai Greenpark itu menjelaskan, seluruh aktivitas dirancang agar bermanfaat secara ekologis, edukatif, dan sosial. “Kami menjaga keseimbangan antara konservasi dan partisipasi warga,” katanya.
Rimbra menambahkan, program pelestarian dilakukan melalui sedekah pohon, penghijauan sungai, dan konservasi pohon Sungkai. “Wisatawan kami libatkan langsung dalam kegiatan menjaga lingkungan,” tuturnya.
Tokoh penggerak ini menyebut, tantangan utama adalah menjaga agar jumlah pengunjung tidak merusak ekosistem. “Kami batasi kapasitas dan beri edukasi agar pengunjung sadar lingkungan,” ucapnya.
Menurut Rimbra, wisatawan sangat mengapresiasi konsep ekowisata yang alami dan berbeda dari destinasi konvensional. “Banyak yang kembali bersama keluarga atau menyumbang bibit pohon,” katanya.
Pemerhati lingkungan, Nawir, menyatakan kekagumannya atas konsep yang menggabungkan wisata dan pelestarian. “Saya tertarik karena kawasan ini melibatkan masyarakat dalam menjaga alam,” ungkapnya.
Nawir menilai, pendekatan edukatif yang dijalankan sangat relevan dengan isu lingkungan global. “Tempat ini efektif menanamkan nilai konservasi sejak dini,” tegasnya.
Wisatawan, Firman, menyampaikan kesannya terhadap suasana alami dan program edukatif seperti pondok belajar. “Saya merasa menyatu dengan alam tapi tetap belajar,” ujarnya.
Firman menambahkan, konsep yang diterapkan mampu menggabungkan kenyamanan, keberlanjutan, dan pemberdayaan lokal. “Ini bentuk pariwisata yang inklusif dan bermakna,” sambungnya.
Akademisi, Ferdinal, menjelaskan ketertarikannya karena kawasan ini juga berfungsi sebagai pusat riset terbuka. “Tempat ini cocok untuk riset dan kuliah lapangan,” jelasnya.
Ferdinal menyebut kolaborasi antara sektor wisata dan akademik mampu memberikan dampak berkelanjutan. “Konsepnya edukatif dan relevan untuk studi lingkungan,” tuturnya.
Wisatawan perdana, Heri, menyatakan kekagumannya terhadap suasana alami dan konsep penghijauan yang dijalankan. “Saya merasa tenang dan ikut berkontribusi dalam pelestarian,” ucapnya.
Heri menegaskan bahwa pengalamannya di Sungkai Greenpark tidak hanya menyenangkan, tetapi juga menyadarkan pentingnya menjaga alam. “Saya pasti kembali bersama keluarga,” tutupnya. (asr)
Wartawan: Verlandi Putra