Tanggapi Fenomena Nirempati, Komunitas React with Bestie Gelar Diskusi Publik

Tangkapan layar diskusi publik via live streaming YouTube. (Sumber: Sofi/suarakampus.com)

Suarakampus.com- Komunitas React with Bestie adakan diskusi online dengan tema Generasi Nirempati dan Bodoh Hasil Kapitalisme. Diskusi ini dilaksanakan via live streaming YouTube pada Sabtu, (15/06).

Kqsna selaku narasumber pertama menyampaikan, akhir-akhir ini media sosial dihebohkan dengan beredarnya video lima orang pelajar SMP yang menghina orang-orang Palestina dengan perkataan “Makan darah, tulang anak Palestina” di salah satu tempat makanan cepat saji. “Tentunya ini menimbulkan banyak komentar dari para netizen Indonesia menonton konten tersebut,” ujarnya.

Ia menuturkan, dengan keadaan palestina yang saat ini tentu menjadi perhatian tersendiri bagi masyarakat.
“Konten ini sungguh diluar dugaan saya, karna mareka melakukan ini secara sadar, dan sangat disayangkan lagi mareka merupakan anak SMP yang sudah baligh, harusnya bisa membedakan perbuatan yang benar dan perbuatan yang salah,” katanya.

Ia menambahkan, hal ini bukan pertama kalinya, tetapi di tahun 2021 juga ada konten yang menghina orang-orang palestina, dimana pelakunya merupakan mahasiswa. “Mereka seharusnya merupakan calon intelektual yang sudah sangat mampu membedakan sesuatu yang baik dan benar,” tegasnya.

Menaggapi hak tersebut, Noval selaku pembicara kedua mengatakan, kita hidup dalam sebuah sistem yang membuat orang-orang yang punya pemikiran seperti itu. “Mereka adalah contoh orang yang terkapar dengan pikiran kapitalisme, bahwa tujuan hidup hanya mengejar duniawi, apa yang mareka katakan dalam konten itu sesuai dengan hawa nafsunya,” imbuhnya.

Lanjutnya, menormalisasi suatu keadaan yang tidak semestinya dan diunggah di media sosial merupakan bentuk dari sikap nirempati. “Hal ini merupakan suatu kebodohan, yang apabila disebarkan akan terbentuk generasi yang bodoh juga,” tegasnya.

Ia juga menyampaikan, bahwa sebagai seorang muslim kita harus tegas dalam menghadapi fenomena ini. Kita harus melakukan pencerdasan masyarakat umum,” pungkasnya.

Ia menambahkan, sebagai mana Hadis Rasulullah SAW dalam Hadis Riwayat Bukhari nomor 6011, dan Hadis Riwayat Muslim nomor 2586 yang mana dalam hadist tersebut mengatakan perumpamaan orang beriman. “Orang beriman itu ibaratkan sebatang tubuh, apabila satu sakit maka yang lain akan sakit juga”, utasnya

Selanjutnya, ia memaparkan adanya nirempati dan kapitalisme ini yang marak hadir di masyarakat dan kaum milenial juga terjadi karena beberapa faktor. “Bentukan seorang anak tidak akan jauh dari orang tuanya, maka didikan orang tua sangat berpengaruh terhadap tingkah laku anak, selanjutnya faktor masyarakat dan faktor dari sebuah negara,” terangnya.

Harapannya, masyarakat Indonesia dapat menjadi agen of change , dengan mengamalkan apa yang telah di ajari oleh Rasullullah sehingga mengakhiri kebodohan dan mir empati. “Bukan hanya mengerti islam saja, tapi bisa menginstal islam dalam diri kita, agar rasa mir empati dan kebodohan dapat diatasi, hal ini tentu juga perlu dukungan dari masyarakat dan negara.” tutupnya. (rhm)

Wartawan : Sofi Asri (Mg) dan Gema Belia (Mg)

Total
0
Shares
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Previous Post

Rasa Malu

Next Post

Fernando Pratama Berhasil Raih Juara 1 Design Grafis dalam Lomba Exposition

Related Posts
Total
0
Share