Suarakampus.com– Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama mengadakan Studium General yang membahas teologi dan pergulatan identitas di era digital. Acara ini menghadirkan Dosen UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Saifuddin Zuhri Qudsy, sebagai pemateri. Rabu (26/02).
Saifuddin mengatakan, perkembangan dunia digital mempengaruhi cara masyarakat memahami agama. “Perubahan dari dunia offline ke online menciptakan kebenaran yang relatif,” ujarnya.
Ia menyoroti bagaimana media sosial membentuk persepsi baru terhadap konsep keagamaan. “Di dunia maya, banyak hal yang membuat kita terkejut, termasuk pergeseran makna munafik,” paparnya.
Menurutnya, ada fenomena di mana masjid menolak menyolati jenazah seseorang yang dianggap penista agama. “Bahkan, ada yang mengatakan, ‘Mau lihat laki-laki munafik? Tunggu saja salat Subuh dan Isya,'” ungkapnya.
Saifuddin menambahkan, era digital telah memudahkan akses terhadap ajaran agama. “Dengan sekali sentuh, kita bisa mengakses ayat suci, renungan spiritual, atau ceramah agama,” katanya.
Namun, kemudahan tersebut juga menimbulkan tantangan bagi umat beragama. “Algoritma mengarahkan, konten diperdebatkan, dan kebenaran sering kali terasa relatif,” tambahnya.
Ia mengingatkan peserta untuk lebih kritis dalam menyaring informasi keagamaan yang tersebar di media sosial. “Kita harus bijak dalam memilah mana ajaran yang benar dan mana yang hanya sekadar opini,” tegasnya.
Menurutnya, iman bukan sekadar mengikuti tren digital, tetapi harus didasari pemahaman yang mendalam. “Iman bukan sekadar klik, tetapi hati yang terhubung dengan Yang Maha Kuasa,” tutupnya. (ver)
Wartawan: Fauziah Maharatih Wahyuni (Mg)