SuaraKampus.com– UIN Imam Bonjol Padang menargetkan peningkatan reputasi akademik untuk menarik lebih banyak mahasiswa internasional self-financing. Dua mahasiswa asal Kamboja membagikan pengalaman mereka sebagai contoh kesiapan kampus dalam persaingan global, Rabu (05/03).
Wakil Rektor I Bidang Akademik dan Kelembagaan UIN IB mengatakan, kampus saat ini menampung 23 mahasiswa asing, mayoritas berasal dari Kamboja dan Vietnam yang seluruhnya masih dibiayai penuh oleh kampus, “ini termasuk transportasi dan pengurusan visa,” ucap
Ia menambahkan, hingga kini belum ada mahasiswa internasional yang membiayai studinya sendiri. “Kami berharap ada mahasiswa self-financing yang mendaftar tahun ini,” tuturnya.
Menurutnya, daya tarik kampus bagi mahasiswa asing sangat bergantung pada reputasi akademik. “Mahasiswa, dosen, dan tenaga kependidikan harus berkontribusi dalam meningkatkan kualitas kampus,” ujar jebolan Leiden University di negeri kincir angin ini.
Ia menuturkan bahwa, pihak kampus terus memperbaiki sistem penerimaan mahasiswa asing agar lebih terbuka. “Kami menyiapkan persyaratan akademik yang jelas, termasuk transkrip nilai, proposal penelitian, dan surat rekomendasi,” ungkapnya.
Mahasiswa asal Kamboja, Umeuot Rofahah, mengungkapkan alasannya memilih UIN Imam Bonjol sebagai tempat studi. “Saya memilih kampus ini karena lingkungan akademiknya yang Islami,” katanya.
Ia menambahkan, beasiswa penuh selama empat tahun menjadi faktor utama dalam keputusannya. “Tanpa beasiswa, saya mungkin kesulitan melanjutkan pendidikan di luar negeri,” ujarnya.
Rofahah juga membagikan pengalamannya saat pertama kali datang ke Padang untuk berkuliah. “Saya awalnya merasa canggung karena perbedaan budaya dan sistem pendidikan,” ungkapnya.
Namun, ia mengapresiasi keramahan civitas akademika UIN Imam Bonjol yang membantunya beradaptasi. “Dosen dan teman-teman di sini sangat mendukung saya untuk berkembang,” tuturnya.
Mahasiswa Kamboja lainnya, Juvariyah, menuturkan bahwa keputusannya kuliah di UIN Imam Bonjol tidak lepas dari peran keluarganya. “Orang tua ingin saya belajar di tempat yang bisa mengembangkan akademik dan spiritual saya,” katanya.
Ia menambahkan, bahwa informasi mengenai UIN Imam Bonjol diperolehnya dari keluarganya yang pernah menempuh pendidikan di Indonesia. Paman nya juga alumni perguruan tinggi di Indonesia, ” beliau banyak membantu saya dalam proses pendaftaran,” ujarnya.
Juvariyah mengaku bahwa, tantangan terbesarnya selama kuliah adalah bahasa pengantar dalam perkuliahan. “Saya harus beradaptasi dengan penggunaan bahasa Indonesia dalam akademik,” jelasnya.
Namun, ia menilai sistem pembelajaran di kampus ini cukup inklusif bagi mahasiswa asing. “Dosen dan mahasiswa lokal banyak membantu saya dalam memahami materi perkuliahan,” pungkasnya.
Ia berharap, UIN IB terus meningkatkan kualitas akademiknya agar semakin menarik bagi mahasiswa internasional. “Saya ingin lebih banyak mahasiswa asing merasakan pengalaman belajar di sini,” tutupnya. (asr)
Wartawan: Verlandi Putra, Habila (Mg)