Adanya Penolakan Cap Go Meh, Begini Tanggapan Beberapa Pakar

Penyampaian seminar dalam acara merawat kebhinekaan (Sumber : Azizah/SuaraKampus.com)

Suarakampus.com- Menyikapi penolakan festival Cap Go Meh beberapa hari lalu, Komunitas Katolikana adakan talk show untuk merawat Kebhinekaan. Kegiatan tersebut diselenggarakan melalui live streaming Radio Katolikana, (02/02).

Dosen Universitas Negeri Padang, Erniwati mengatakan, keberadaan etnis Tionghoa di Sumatera Barat (Sumbar) sudah berlangsung sangat lama, yang perlu dibina dan dijaga kerukunannya. “Relasi antara Minang dan Tionghoa terbina sudah lama dan berkesinambungan,” katanya.

Ia menyampaikan, etnis Tionghoa sudah menjadi partner dagang bagi masyarakat Minangkabau jauh sebelum kedatangan Belanda. “Hubungan orang Minang dan Tionghoa sudah terjalin melalui hubungan dagang,” sampainya.

Hal ini juga diungkapkan oleh Anggota DPRD Sumbar, Albert Hendra Lukman, mengatakan konstitusi sangat menerima perbedaan yang ada di Sumbar, terutama dalam hal persoalan keberagamaan. “Adanya ruang terbuka mengenai keberagaman, perbedaan tidak menjadi hambatan,” ungkapnya.

Lanjutnya, ia menjelaskan selain wisatawan menikmati keindahan alam di Sumbar, festival Cap Go Meh dapat menjadikan Sumbar kaya akan nilai budaya, dengan kearifan lokal yang ditampilkan. “Wisatawan akan melihat budaya yang ada di Kota Padang, saat ditampilkan festival tersebut,” sebutnya.

Ia menuturkan, Hal ini bertujuan untuk bisa berkontribusi terhadap pembangunan setempat, dengan banyaknya pengunjung saat diselenggarakan festival tersebut. “Kegiatan ini dikarenakan Sumbar yang kaya nilai budaya,” tuturnya.

Menanggapi penolakan Cap Go Meh tersebut, ketua forum Pembaruan Kebangsaan (FPK), Otong Rosadi mendukung dan mengajak masyarakat untuk menghadiri festival dan perayaan Cap Go Meh. “Selain menunjukkan keberagaman, juga menunjukkan kekompakan kita,” katanya.

Ia juga berpesan, masyarakat harus saling menjaga komunikasi antar etnis, demi keberlangsungan hidup damai beragama. “Pintu dialog sangat penting agar terciptanya kesamaan perspektif dalam keberagamaan,” tutupnya. (una)

Wartawan: Nur ‘Azizah Yunara Putri (Mg).

Total
0
Shares
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Previous Post

Gagal

Next Post

Penatnya Aku

Related Posts
Total
0
Share
410 Gone

410 Gone


openresty