Suarakampus.com- Kinerja Presiden Mahasiswa (Presma) UIN IB dinilai menurun lantaran kurangnya pergerakan Dewan Eksekutif Mahasiswa Universitas (Dema U) terhadap isu-isu yang bermunculan. Hal ini menuai tanggapan dari para Gubernur Dema Fakultas selingkup UIN IB.
Gubernur Dema Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FDIK) Hidayatul Fikri menilai tidak adanya pergerakan yang signifikan dari Presma terhadap isu-isu yang bermunculan, seperti kenaikan UKT (Uang Kuliah Tunggal), pemindahan sekretariat UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) dan sebagainya. “Kegiatan yang dilakukan tidak berdampak besar bagi mahasiswa, memang bisa dikatakan gagal dari dilantik sampai sekarang,” ujarnya.
Lanjutnya, ia menjelaskan bahwa fungsi Dema sendiri ialah sebagai katalisator, inisiator dan fasilitator, namun tidak ada terjalankan oleh Dema U. “Dilihat dari kecepatan, Dema F justru lebih cepat dibandingkan Dema U, kemudian sebagai fasilitator, Dema U juga belum ada merangkul semua kawan-kawan dari fakultas lain,” jelasnya.
Tambahnya, ini terlihat audiensi Dema U dengan Wakil Rektor (WR) III terkait pemindahan sekretariat UKM ke perpustakaan pusat yang menuai kontra dari para pengurus UKM. “Sudah dilakukan audensi, tetapi hanya sampai di sana saja, tidak ada aksi lanjutan yang menekan pimpinan agar keinginan bersama itu bisa tercapai,” sebutnya.
Sejalan dengan hal itu, Gubernur Dema Fakultas Ushuluddin Dan Studi Agama (FUSA) Afriadi juga mengatakan bahwa, tugas dari Presma khusus nya DEMA U jika dilihat selama setengah periode ini, beberapa Program Kerja (Proker) memang sudah berjalan, namun masih ada beberapa proker belum terjalankan. “Seperti konsolidasi terhadap internal khusus Dema Fakultas selingkup UIN IB dan beberapa kolaborasi dengan berbagai pihak yang belum berjalan.” paparnya.
Ia menambahkan, masih banyak kegiatan yang masih berjalan di tempat dan tidak ada pergerakan yang signifikan. “Kenaikan UKT memang dari pihak DEMA U sudah mengumpulkan Dema selingkup fakultas, akan tetapi tindak lanjut dari permasalahan ini tidak terlihat,” sampainya.
Selain itu, ia juga menyebutkan wacana kolaborasi kegiatan panggung rakyat Dema FUSA telah diajukan, namun tidak ada respon dari Presma. “Sudah dua hari kami komunikasi dengan Kementerian Dalam Negeri Dema U, akan tetapi respon dari presma DEMA U terkesan lamban sekali dan pada akhirnya tidak ada kabar lagi,” imbuhnya.
Kendati demikian, Gubernur Dema Fakultas Syariah (FS) Rizky Al Faiz mengatakan, tugas Presma bisa dikatakan cukup bagus untuk pelaksanaan visi misi untuk perubahan pandangan orang-orang terhadap Dema U, dan berhasil melaksanakan silaturahmi sesama Dema selingkup UIN IB. “Pembaharuan yang telah dilaksanakan diantaranya melaksanakan konsolidasi bahwasanya kita bersilaturahmi antar Dema selingkup UIN dan itu sudah dilaksanakan pada bulan Mei,” tukasnya.
Selain itu kata dia, Presma juga telah melakukan rapat koordinasi di beberapa bidang mulai dari bidang Advokasi, Pemberdayaan Perempuan, Kementerian Dalam Negeri (Mendagri) dan juga bidang Pendidikan.
Mendukung pernyataan tersebut, Gubernur Dema Fakultas Ekonomi Dan Bisnis (FEBI) Azanda Fahzel Alfarisy juga menilai kinerja Presma dalam jangka pendek ini sudah terbilang signifikan. “Saya melihat Presma bergerak selalu, terkait pandangan orang itu tergantung perspektif,” bantahnya.
Lanjutnya, mungkin saja pergerakan Presma adalah pergerakan gerilya, yang artinya tidak terekspos di media dalam membenahi internal. “Saya melihat beliau beberapa kali mengadakan audiensi dengan pimpinan,” tambahnya.
Terkait masalah UKT dan Sekretariat UKM, ia menyebutkan bahwa Presma kemarin sudah mulai meraba-raba, namun untuk keberlanjutannya mungkin bisa sama sama kita tunggu hasilnya. “Untuk sekretariat UKM, Presma beberapa kali diskusi dengan saya, bertukar pikiran, tentang aspirasi dari UKM ini, dan beliau sudah ber audiensi kawan-kawan UKM, tinggal menunggu kejelasan dari pimpinan.” ujarnya.
Harapannya, Dema U hendaknya lebih terbuka lagi kepda isu-isu yang ada di kampus dan tidak tutup mata terkait isu yang beredar. “Seorang pemimpin harus punya keberanian karena kita punya hak dan kesempatan, karena kepentingan bersama itu lebih diutamakan daripada kata pimpinan,” tutupnya. (rhm)
Wartawan: Chintia Agustin (Mg) Silvi Amelia (Mg) Muhammad Afiif Tryanda (Mg)