Oleh: Nada Asa Fhamilya Febria Andre
Potret perjalanan menuju puncak marapi masih pekat di benak ini
Nyanyian pelepas penat juga tidak asing berputar di benak ini
Canda tawa juga masih belum mangkir di pikiran ini
Sedikit keluh dan beberapa potong kata gulana terucap
Namun selalu dipapah dengan semangat
Tak mau kalah dengan rintangan yang membabat keinginan
Jalan setapak selalu membuat teka-teki bagaikan labirin kaca
Segerombolan anak manusia menelusuri tiap jengkal perjalanan
Tak ada kebisuan antara mereka
Cerita komedi yang disuguhkan setiap ingin berkata penat
Menuju puncak marapi terlihat rapi
Tak ada selembaran peta yang digenggam
Hanya berpatokan pada renjana
Lelah terasa kaki memilih meminggir di tepian jalan setapak itu
Menghidupkan kompor khas para pendaki
Mulai meracik beberapa cangkir kopi menenangkan
Menghangatkan sendi-sendi yang sudah membeku sebab cuaca yang murung
Hujan di sore hari di sisi gunung marapi menjadi kenangan yang romantis
Bukan bercerita tentang asmaraloka
Bukan pula kisah raja dan ratu
Namun kisah antara pendaki ditemani heningnya jenggala
Kiri-kanan hamparan pohon nan menjulang tinggi menentang jumantara
Sapa menyapa setiap mereka menghasilkan angin yang sejuk
Hujan di sore hari menghampirinya namun tak nampak pelangi
Sendu sebab tak dapat menikmati pelangi setelah hujan sore hari
Namun tak apa, ada yang lebih indah menanti di puncak marapi
Sampai jumpa titik tertinggi marapi dan selingkup memori yang ingin terulang kembali
Salam dari kami para pendaki gunung marapi
Padang, 18 Maret 2021.