Oleh: Elsa Mayora
(Mahasiswi UIN Imam Bonjol Padang)
“Masa depan Indonesia ada di energi bersih. Mari kita bersama-sama wujudkan
energi bersih untuk masa depan Indonesia yang berkelanjutan” (Presiden Joko Widodo).
Pernyataan dari Presiden Joko Widodo tadi mencerminkan visi besar masa depan
Indonesia yang tidak hanya cerah namun juga berkelanjutan. Energi bersih akan memainkan peran penting dalam mencapai visi ini. Dalam beberapa dekade terakhir, ketergantungan dunia pada bahan bakar fosil telah menimbulkan dampak negatif yang signifikan terhadap lingkungan, termasuk perubahan iklim, polusi udara, dan kerusakan ekosistem. Oleh karena itu, transisi menuju energi ramah lingkungan merupakan suatu keharusan global, termasuk di Indonesia. Energi yang masih banyak digunakan, seperti bahan bakar fosil, bersifat tidak terbarukan, dianggap merusak polusi, udara dan diperkirakan akan habis dalam waktu dekat. Jika energi ini terus digunakan maka dunia akan menghadapi krisis energi. Hal ini menjadi tantangan bagi pemerintah di seluruh dunia untuk mengganti energi tersebut dengan Energi Baru Terbarukan (EBT) yang ramah lingkungan. Energi baru dan terbarukan mengacu pada energi yang belum pernah digunakan secara besar-besaran dan berpotensi untuk digunakan secara terus menerus tanpa takut akan berkurangnya pasokan di kemudian hari. EBT ini sangat efisien, berkelanjutan, dan tersedia secara luas. “Energi yang terbarukan sangat dibutuhkan oleh Indonesia, saya yakin ini tidak hanya baik untuk lingkungan tetapi juga baik untuk ekonomi Indonesia.” (Sri Mulyani Indrawati, 2018).
Sebagaimana diatur dalam Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945, dimana
dalam Pasal tersebut mengandung 3 (tiga) unsur penting, yaitu : substansi (sumber daya
alam), status (dikuasai oleh negara), dan tujuan (untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Oleh karena itu, eksistensi penguasaan dan pengusahaan sumber daya alam merupakan sesuatu yang penting dan fundamental bagi kehidupan berbangsa dan bernegara.
Oleh karena itu, negara mempunyai kewajiban untuk menjamin sumber-sumber
energi dimanfaatkan secara optimal untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat Indonesia,
guna mewujudkan peningkatan kesejahteraan umum yang merupakan salah satu cita-cita bangsa Indonesia. Seperti kita ketahui, konsumsi energi meningkat seiring dengan
pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan jumlah penduduk Perkembangan teknologi yang sangat pesat tentunya akan menyebabkan peningkatan kebutuhan energi. Dalam hal ini energi listrik yang dibutuhkan untuk kehidupan sehari-hari bertambah sebesar. “Cepat atau lambat keberadaan renewable energy akan kita butuhkan, karenanya dalam waktu dekat kami akan mencoba beradaptasi dan mengadopsi berbagai teknologi yang ada.” (Emil Elestianto Dardak, 2019).
Indonesia adalah negara dengan populasi besar dan beragam. Ada beberepa
tantangan yang harus dihadapi untuk mewujudkan energi baru berkelanjutan dan
lingkungan hidup. Salah satunya adalah investasi awal yang tinggi, peningkatan
infrastruktur, dan kesadaran masyarakat yang perlu ditingkatkan. Namun, proyek-proyek energi terbarukan sukses seperti PLTS Jepara, PLTA Cirata, dan PLTA Sidrap
menunjukkan bahwa Indonesia memiliki potensi besar untuk mencapai peralihan ke
sumber energi bersih.
Dalam menghadapi tantangan tersebut, langkah yang harus diambil oleh negara adalah dengan mempersatukan kekuatan bersama dan keinginan bersama , karna dampak yang dirasakan bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi juga untuk bersama-sama. Jika dilakukan sendiri maka akan sulit, namun jika dilakukan bersama maka akan terasa mudah. Selain itu, langkah selanjutnya yang harus dilakukan adalah memanfaatkan peluang potensi yang besar terletak pada energi surya di daerah tropis seperti Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara, serta pembangkit listrik tenaga angin di Sulawesi, Nusa Tenggara, dan Maluku. Pertama pengembangan energi hidro, menjadi fokus pengembangan di daerah seperti Sumatera, Kalimantan, dan Papua, karena memungkinkan kapasitas dan keberlanjutan untuk memenuhi kebutuhan listrik yang terus meningkat. Selain itu ada juga sumber energi biomassa, terutama biofuel dan listrik biomassa dari limbah kelapa sawit. Ini membantu mengurangi limbah dan ketergantungan pada energi fosil.
Mengingat biomassa bersifat organik dan mudah didapat dari tumbuhan dan
hewan, maka potensi biomassa untuk menjadi EBT lebih besar. Tumbuhan dan hewan
merupakan sumber daya alam terbarukan yang jika dikelola dengan baik dapat
dimanfaatkan sebagai sumber energi baru terbarukan. Biomassa yang dapat dikonversi
menjadi bioenergi biasanya berasal dari tanaman energi seperti minyak jarak, dan tebu,
limbah pertanian seperti kulit kayu, daun kering, dan dahan pohon, serta kotoran hewan
seperti kotoran ternak. Energi yang dihasilkan dari biomassa berupa biogas, bioetanol,
dan biodiesel efisien, fleksibel, praktis, dan tidak menimbulkan polusi terhadap
lingkungan.
Jadi, untuk membentuk masa depan yang cerah dan berkelanjutan dengan energi
bersih serta lingkungan hidup adalah visi yang tidak hanya ideal tetapi juga dapat dicapai dengan komitmen dan tindakan nyata. Peralihan dari energi kotor ke energi bersih merupakan kunci untuk mengatasi tantangan perubahan iklim, mengurangi polusi, dan menciptakan lingkungan yang lebih sehat bagi semua. Dengan mengembangkan kebijakan yang mendukung, berinvestasi dalam teknologi terbarukan, meningkatkan kesadaran publik, dan memperkuat kolaborasi, Indonesia dapat memimpin dalam penggunaan energi bersih. Energi bersih bukan hanya tentang mengurangi emisi, tetapi juga tentang membangun masa depan yang sejahtera dan berkelanjutan bagi generasi mendatang. Ingat sebuah negara bisa dinilai indah jika bisa memelihara lingkungannya, mampu mengelola sumber daya yang ada dan mengatasi tantangan negatif yang ditimbulkan. Diperlukan gerakan bersama untuk membentuk masa depan yang cerah, pahami perasaan alam agar kita tahu pentingnya alam bagi kehidupan.