Pakar Psikologi Bagikan Tips Atasi People Pleaser

Potret Indah Andika Octavia, Sekretaris Jurusan Psikologi Islam Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama saat diwawancarai tim suarakampus.com. (Sumber: Chintya/suarakampus.com)

Suarakampus.com- People pleaser merupakan salah satu masalah kepribadian dimana seseorang lebih mementingkan orang lain daripada dirinya sendiri. Hal ini dipaparkan oleh pakar psikologi, Indah Andika Octavia yang juga merupakan Sekretaris Jurusan (Sekjur) Psikologi Islam Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama, Selasa (25/06).

Ia menyebutkan, people pleaser ini merupakan situasi dimana seseorang mengorbankan dirinya untuk kepentingan orang lain, yang mana dalam psikologi disebut tidak pandai bersikap asertif. “Faktor utama seseorang mengalami people pleaser ini adalah dia tidak ingin membuat orang lain tersinggung,” jelasnya.

Lanjutnya, ia mengatakan cara mengatasi people pleaser tersebut adalah dengan memberikan alasan yang tepat untuk menolak suatu permintaan. “Biasakan bersikap tegas kepada diri sendiri dan orang lain,” tuturnya.

Selain itu, ia menjelaskan bahwa people pleaser dapat diatasi sejak masa golden age yaitu dari umur 0 hingga 5 tahun. “Orang tua harus menanamkan rasa kepercayaan kepada anak tersebut agar bisa bersikap tegas terhadap dirinya sendiri dan orang lain,” paparnya.

Ia juga menyebutkan, dampak yang terjadi jika terus-menerus kita menjadi people pleaser adalah kehilangan jati diri, tidak punya pendirian, dan menjadikan orang lain sebagai acuannya untuk menentukan keputusan terhadap diri sendiri. “Bisa terkena Quarter Life Crisis (QLC), yang dampaknya susah bagi diri sendiri,” paparnya.

Kendati demikian, ia mengatakan, hal ini bisa diatasi dengan membentuk sikap tegas pada diri sendiri, menolak secara halus untuk mengatakan tidak kepada orang lain.
“Sedikit demi sedikit ditolak secara halus, dahulukan kepentingan kita, baru bantu orang lain semampunya,” ujarnya.

Kemudian, Ia menyampaikan, bagaimana cara mengetahui bahwa kita termasuk people pleaser atau hanya pribadi ramah dan baik hati. “Kalau pribadi yang baik, kita menolong orang itu tanpa ada beban, namun people pleaser merasa terbebani dan tetap mendahulukan orang lain,” pungkasnya.

Dalam psikologi, belum ada bentuk terapi untuk people pleaser , namun dapat ditanggulangi dengan konseling. “Bisa ke psikolognya untuk melakukan sesi konseling,” ucapnya.

Terakhir, ia menyampaikan pesan untuk people pleaser untuk menjadi diri sendiri, jangan ditentukan orang lain untuk membuat keputusan bagi masa depan dan berani berkata tidak. “Kenal diri sendiri, jangan ga enakan terus kepada orang lain, dan harus ada pendirian,” tutupnya. (rhm)

Wartawan: Michi Maharani Zonedi (Mg), Chintia Agustin (Mg), Siska maharani (Mg)

Total
0
Shares
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Previous Post

Irfan Tanjung Raih Medali Perunggu dalam Kejuaraan Pencak Silat Pekanbaru Champions V

Next Post

Gian Fadillah Raih Medali Emas Pencak Silat di Pekanbaru Champions V

Related Posts
Total
0
Share