Potensi Indonesia dalam Pengembangan Ekonomi Syariah

Suasana webinar memperingati satu tahun berdirinya Harian Disway yang diadakan BSI (Foto: Rafika/suarakampus.com)

Suarakampus.com- Indonesia memiliki potensi yang besar dalam pengembangan ekonomi dan keuangan syari’ah dari sisi suply dan demand. Hal tersebut disampaikan oleh Wakil Presiden (Wapres) Republik Indonesia (RI), Ma’ruf Amin pada webinar memperingati satu tahun berdirinya Harian Disway yang diadakan Bank Syariah Indonesia (BSI), Senin (05/07).

Ma’ruf mengatakan dari sisi pasokan Indonesia mempunyai sumber daya untuk pengembangan ekonomi syariah. “Sementara dari segi permintaan kita adalah pasar potensial terhadap ekonomi syariah baik di sektor keuangan, produk dan makanan halal, fashion muslim, dana sosial Islam, usaha atau bisnis syariah dan sebagainya,” katanya.

Lanjutnya, Indonesia masih tertinggal dari negara lain baik negara muslim maupun non muslim dalam hal ekspor produk halal dan dalam pengembangan keuangan syariah tertinggal dari Negara Inggris. Melalui empat fokus pengembangan ekonomi dan keuangan syariah, pemerintah berkeinginan mempercepat peran dan kontribusi ekonomi dan keuangan syariah dalam perekonomian nasional.

“Empat fokus tersebut ialah pengembangan sektor keuangan, produk dan makanan halal, fashion muslim, dana sosial islam, dan perluasan usaha atau bisnis syariah,” tuturnya.

Ma’ruf berharap melalui empat fokus pengembangan tersebut perekonomian Indonesia lebih baik. “Semoga ekonomi dan keuangan syari’ah akan semakin maju sesuai dengan harapan dan tema seminar ini,” harapnya.

Selain itu, Kepala Bank Indonesia Perwakilan Jatim, Difi Ahmad Johansyah menuturkan banyak negara non muslim berlomba-lomba dalam menggalakan kebangkitan ekonomi dan keuangan syariah, misalnya menjadi pemasok bahan baku halal terbesar di dunia. “Dalam pertarungan saat ini, kita ingin menjadi pemasok, bukan hanya menjadi konsumen produk halal saja,” katanya.

Ia juga mengatakan jika empat fokus pengembangan tersebut mengalami surplus, ekonomi syariah bangkit. Sebagian kecil ekonomi syariah sudah berjalan yang ditandai dengan adanya Bank Syariah.

“Keinginan Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) ingin memperkuat ekosistem industri halal dan juga ingin memperkuat mata rantai ekonomi syariah,” ujarnya.

Komisaris Independen BSI, Arief Rosyid Hasan mengatakan indeks literasi dan keuangan syariah Indonesia tidak pernah mencapai angka 10 persen. “Pihak yang harus diakselerasi dalam mendorong literasi dan keuangan syari’ah Indonesia adalah kawula muda atau millenial,” ucapnya.

Ia juga mengatakan terdapat empat hal yang diarahkan oleh Presiden RI, Joko Widodo (Jokowi) kepada BSI, yaitu inklusif, digital, milenial, dan naik kelas. “Agar mempercepat kenaikan kelas, produk dan layanan harus kompetitif, memenuhi semua segmen, dan mampu memfasilitasi nasabah,” tuturnya.

Sambungnya, sistem ekonomi dan keuangan syari’ah bukan hanya sekedar sistem ekonomi hari ini, tapi masa depan dan hal tersebut juga sejalan dengan maqosid Syari’ah. “Di tengah kondisi ekonomi yang menantang, Bank Syariah Indonesia masih bisa tumbuh dengan baik, bahkan pembiayaan tumbuh sekitar 13,11 persen, sedangkan kredit pembiayaan delapan persen,” jelasnya.

Ketua Badan Wakaf Indonesia, Mohammad Nuh DEA menyampaikan hal terpenting yang harus dilakukan untuk bisa bangkit ialah literasi. “Fokus hari ini untuk membangkitkan ekonomi syariah adalah shifting dari pengetahuan menuju pergerakan,” tutupnya. (rta)

Wartawan: Randa Bima Asra (Mg), Rafika Mardhatilla (Mg)

Total
0
Shares
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Previous Post

Mahasiswa Kritisi Penggunaan Auditorium untuk Resepsi Pernikahan

Next Post

Arus Balik Menuju Otoritarianisme

Related Posts
Total
0
Share
410 Gone

410 Gone


openresty