Oleh: Sri Rizki Pauzia Siregar
(Mahasiswi Psikologi Islam UIN Imam Bonjol Padang)
Abstrak
Artikel ini bertujuan untuk menyediakan pemahaman yang komprehensif tentang perasaan insecure dan pentingnya meningkatkan kepercayaan diri dalam kesejahteraan individu. Melalui peninjauan literatur yang komprehensif dan penelitian terbaru, artikel ini mengidentifikasi faktor-faktor yang berkontribusi pada rasa insecure dan menyajikan strategi psikologis dan praktis yang dapat membantu individu mengatasi rasa insecure dan meningkatkan kepercayaan diri.
BAB I
Pendahuluan
Dalam kehidupan sehari-hari, banyak individu mengalami perasaan insecure yang dapat memengaruhi kesejahteraan psikologis dan keberhasilan dalam mencapai tujuan hidup. Rasa insecure merupakan pengalaman emosional yang ditandai dengan keraguan diri, perasaan tidak berharga, dan ketidakpastian terhadap kemampuan dan nilai diri sendiri. Perasaan ini dapat timbul dalam berbagai konteks kehidupan, termasuk hubungan interpersonal, pekerjaan, dan prestasi pribadi. Oleh karena itu, penting untuk mencari cara mengatasi rasa insecure dan meningkatkan kepercayaan diri. Dengan memahami sumber-sumber rasa insecure dan mengembangkan strategi yang efektif, individu dapat mengubah pola pikir negatif, memperkuat kepercayaan diri, dan meningkatkan kesejahteraan.
BAB ll
Pembahasan
Ketika seseorang sudah merasa insecure, biasanya ia akan cenderung hidup dalam keraguan bahkan sampai merasa inferior untuk berinteraksi dengan orang lain. Ada beberapa hal yang membuat seseorang merasa insecure. Salah satunya adalah membandingkan diri sendiri dengan orang lain. Salah satu kasus klasik tentang hal ini adalah standar kecantikan atau beauty standar dalam komunitas sosial. Ketika individu menjadikan kelebihan orang lain sebagai standar kecantikannya yaitu harus berkulit putih, harus bertubuh langsing, harus berkulit wajah mulus tanpa jerawat, dan berbagai standar lainnya sehingga membuat seseorang menjadi tidak percaya diri. Dalam kasus ini, orang yang membanding-bandingkan dirinya sendiri dengan orang lain sering kali mengalami self-love yang rendah. Orang yang mencintai dirinya sendiri (self-love) adalah individu yang mampu menghargai dirinya sendiri dan mampu bersahabat dengan dirinya sendiri, menjadikannya individu yang lebih baik bagi dirinya dan orang lain.
A. Faktor Pemicu Rasa Tidak Aman
Faktor-faktor pemicu rasa tidak aman atau insecure dapat bervariasi antara individu, tetapi beberapa faktor umum yang dapat memainkan peran dalam memicu rasa insecure meliputi:
1. Perbandingan sosial
Perbandingan diri dengan orang lain, terutama melalui media sosial, dapat memicu rasa insecure. Melihat kesuksesan, penampilan fisik, atau kehidupan yang tampak sempurna dari orang lain dapat membuat seseorang merasa tidak mencukupi atau kurang berhasil.
2. Pengalaman masa lalu
Pengalaman negatif, seperti pelecehan atau penolakan, dapat meninggalkan bekas dan memicu rasa insecure di masa sekarang. Trauma masa lalu juga dapat mempengaruhi kepercayaan diri seseorang.
3. Dukungan sosial yang kurang
Ketika seseorang tidak merasa didukung atau diterima oleh lingkungan sekitarnya, itu dapat menciptakan perasaan insecure. Kurangnya dukungan dari keluarga, teman, atau rekan kerja dapat mempengaruhi persepsi diri seseorang.
4. Standar kecantikan dan sosial
Tuntutan ideal kecantikan dan standar sosial yang tidak realistis sering kali memicu rasa insecure terutama pada penampilan fisik. Media massa, iklan, dan tekanan dari budaya populer dapat menghasilkan perasaan kurang puas dengan penampilan diri.
5. Kritikan dan penghakiman
Kritik atau penghakiman yang sering terhadap diri sendiri oleh orang lain dapat mempengaruhi kepercayaan diri dan menyebabkan rasa insecure. Perasaan tidak aman juga dapat muncul jika seseorang merasa dinilai secara konstan.
B. Dampak Perasaan Insecure
Dampak dari perasaan insecure dapat meliputi:
1. Rendahnya kepercayaan diri: Perasaan insecure dapat mengurangi kepercayaan diri seseorang dan membuatnya meragukan kemampuan dan nilai dirinya.
2. Kecemasan dan stres: Insecure dapat memicu kecemasan yang berkepanjangan dan stres emosional. Seseorang mungkin merasa khawatir terus-menerus tentang penampilan, keterampilan, atau interaksi sosial.
3. Gangguan hubungan sosial: Perasaan insecure dapat mempengaruhi hubungan dengan orang lain. Seseorang mungkin menjadi terlalu peka terhadap kritik atau terlalu waspada dalam berinteraksi, yang dapat memengaruhi hubungan pribadi dan profesional.
4. Ketidakpuasan diri: Insecure dapat menyebabkan perasaan tidak puas dengan diri sendiri dan menciptakan siklus negatif di mana seseorang selalu merasa tidak mencukupi.
5. Gangguan kesehatan mental: Rasa insecure yang berkepanjangan dapat menjadi faktor risiko untuk gangguan kesehatan mental seperti depresi, gangguan kecemasan, atau gangguan makan.
C. Teori dan Pendekatan Psikologis dalam Mengatasi Insecure
Ada beberapa teori dan pendekatan psikologis yang dapat membantu individu mengatasi perasaan insecure. Berikut ini adalah beberapa di antaranya:
1.Terapi Kognitif
Pendekatan ini melibatkan mengidentifikasi dan mengubah pola pikir negatif yang mendasari perasaan insecure. Terapis bekerja sama dengan individu untuk menggantikan pikiran-pikiran negatif dengan pemikiran yang lebih realistis dan positif. Tujuan terapi kognitif adalah untuk membantu individu mengembangkan keyakinan yang lebih positif dan membangun harga diri yang sehat.
2. Terapi Psikodinamik
Pendekatan ini mengeksplorasi faktor-faktor yang mendasari perasaan insecure, seperti pengalaman masa kecil, konflik internal, atau ketidakseimbangan psikologis. Terapis membantu individu memahami dan mengatasi aspek-aspek yang tidak sadar yang berkontribusi pada perasaan insecure.
3. Terapi Perilaku
Pendekatan ini melibatkan mengidentifikasi pola perilaku yang memperkuat perasaan insecure dan menggantinya dengan pola perilaku yang lebih sehat. Terapis bekerja dengan individu untuk mengembangkan strategi dan keterampilan sosial yang dapat membantu mereka merasa lebih percaya diri dan mengatasi perasaan insecure.
4. Terapi Gestalt
Pendekatan ini fokus pada pemahaman dan penerimaan diri sendiri secara menyeluruh. Terapis bekerja dengan individu untuk menggali perasaan dan emosi yang mendasari perasaan insecure, dan membantu mereka mengintegrasikan bagian-bagian yang terpisah dari diri mereka menjadi keseluruhan yang lebih utuh.
5. Terapi Psikodinamik Relasional
Pendekatan ini menekankan pentingnya hubungan terapeutik dalam mengatasi perasaan insecure. Terapis bekerja dengan individu untuk membangun hubungan yang aman dan mendalam, yang dapat membantu mereka merasakan keamanan dan meningkatkan kepercayaan diri mereka.
D. Strategi Praktis untuk Mengatasi Insecure
Mengatasi rasa insecure bisa menjadi proses yang personal dan membutuhkan waktu.
1. Mengenali dan menggantikan pola pikir negatif: Sadari pola pikir negatif yang muncul dalam pikiran Anda dan gantikan dengan pikiran yang lebih positif dan realistis. Tantang kepercayaan diri negatif dengan bukti-bukti yang mendukung kemampuan dan nilai diri Anda.
2. Mengembangkan keahlian dan kompetensi: Fokus pada pengembangan keahlian dan keterampilan dalam bidang yang Anda minati. Pelajari hal baru, ambil kursus, atau lakukan latihan untuk meningkatkan keahlian Anda. Keahlian yang dikuasai akan meningkatkan rasa percaya diri Anda.
3. Membuat daftar prestasi dan kelebihan: Buat daftar prestasi, kelebihan, dan kualitas positif tentang diri Anda. Tinjau daftar ini secara berkala untuk mengingatkan diri Anda tentang kemampuan dan nilai diri yang dimiliki.
4. Menetapkan tujuan yang realistis: Tetapkan tujuan yang realistis dan terukur yang dapat Anda capai. Langkah kecil dalam mencapai tujuan ini akan memberi Anda perasaan pencapaian yang meningkatkan kepercayaan diri.
5. Berlatih self-care: Berikan waktu untuk merawat diri sendiri dengan melakukan aktivitas yang menyenangkan dan relaksasi. Jaga kesehatan fisik dan mental Anda dengan tidur cukup, makan sehat, dan berolahraga secara teratur. Ketika Anda merasa baik secara fisik, Anda akan lebih percaya diri secara keseluruhan.
6. Melibatkan diri dalam lingkungan positif Cari teman-teman dan lingkungan yang mendukung dan positif. Hindari orang-orang atau situasi yang merendahkan atau membuat Anda merasa insecure. Interaksi dengan orang-orang yang menghargai dan mendukung Anda dapat meningkatkan kepercayaan diri.
7. Menerima kekurangan dan ketidaksempurnaan: Sadari bahwa tidak ada yang sempurna, dan setiap orang memiliki kelemahan dan kekurangan. Terima diri Anda dengan segala kekurangan dan ketidaksempurnaan yang dimiliki. Fokus pada apa yang Anda miliki dan hargai tentang diri Anda.
8. Melangkah keluar dari zona nyaman
Coba untuk melangkah keluar dari zona nyaman Anda dan menghadapi tantangan baru. Menghadapi ketakutan dan mengatasi hambatan akan memberikan Anda pengalaman dan kepercayaan diri yang baru.
9. Menggunakan afirmasi positif
Gunakan afirmasi positif secara teratur dengan mengulang kalimat-kalimat positif tentang diri Anda. Ucapkan afirmasi ini dengan percaya diri dan yakin.
10. Menjadi diri sendiri
Terimalah diri Anda apa adanya dan menjadi diri sendiri. Jangan membandingkan diri Anda dengan orang lain atau mencoba menjadi seperti orang lain. Hargai keunikan dan nilai diri Anda sendiri.
E. Studi Kasus dan Evidensi Empiris
Kasus studi atau contoh nyata yang menggambarkan penerapan strategi-strategi dalam mengatasi rasa insecure dan meningkatkan kepercayaan diri.
Kasus Studi: Sarah
Sarah adalah seorang mahasiswa baru di perguruan tinggi. Meskipun memiliki bakat dan potensi yang besar, dia sering merasa insecure dalam lingkungan akademik yang kompetitif. Dia merasa cemas tentang kemampuannya untuk bersaing dengan teman-teman sekelas yang terlihat lebih pintar dan berprestasi.
Sarah memutuskan untuk mengatasi perasaan insecure ini dan meningkatkan kepercayaan dirinya dengan menerapkan beberapa strategi praktis:
1. Mengenali dan menggantikan pola pikir negatif: Sarah mulai memperhatikan pola pikir negatifnya, seperti “Saya tidak cukup cerdas” atau “Saya pasti akan gagal.” Setiap kali pikiran-pikiran negatif itu muncul, dia menggantinya dengan pikiran yang lebih positif dan realistis, seperti “Saya memiliki kemampuan yang unik dan nilai yang berharga untuk ditawarkan” atau “Saya dapat belajar dan tumbuh seiring berjalannya waktu.”
2. Membuat daftar prestasi dan kelebihan: Sarah membuat daftar prestasi akademik, penghargaan, dan kelebihan pribadi yang dia raih sebelumnya. Ketika dia merasa insecure, dia melihat kembali daftar ini sebagai pengingat bahwa dia memiliki kemampuan dan potensi untuk meraih kesuksesan.
3. Menetapkan tujuan yang realistis: Sarah menetapkan tujuan yang jelas dan terukur untuk dirinya sendiri. Misalnya, dia menetapkan tujuan untuk meningkatkan nilai pada setiap ujian dengan mengatur jadwal belajar yang efektif dan memanfaatkan sumber daya yang tersedia di kampus. Dengan mencapai tujuan kecil ini, dia merasa lebih percaya diri dalam menghadapi tantangan akademik yang lebih besar.
4. Mencari dukungan sosial: Sarah mencari dukungan dari teman-teman sekelas yang positif dan mendukung. Mereka memberikan dukungan emosional dan membantu memotivasi Sarah untuk tetap bersemangat dalam mengejar tujuannya. Selain itu, dia juga mendiskusikan ketakutannya dengan dosen atau konselor akademik yang memberikan saran dan bimbingan yang berguna.
5. Melibatkan diri dalam kegiatan ekstrakurikuler: Sarah terlibat dalam kegiatan di luar lingkungan akademik seperti klub atau organisasi kampus yang sesuai dengan minatnya. Ini membantu membangun kepercayaan diri dan memberikan kesempatan untuk mengembangkan keterampilan sosial, kepemimpinan, dan kerjasama tim.
Melalui penerapan strategi-strategi ini, Sarah secara bertahap mengatasi perasaan insecure dan meningkatkan kepercayaan dirinya. Dia merasa lebih percaya diri dalam kemampuannya untuk belajar, berkompetisi, dan berkembang dalam lingkungan akademik. Kepercayaan dirinya yang meningkat juga mempengaruhi motivasinya.
BAB lll
Kesimpulan
Untuk mengatasi rasa insecure dan meningkatkan kepercayaan diri, diperlukan penggunaan strategi-strategi yang telah disebutkan sebelumnya. Dalam kasus-kasus studi yang telah dibahas, strategi-strategi seperti menggantikan pola pikir negatif, mengenali prestasi dan kelebihan pribadi, menetapkan tujuan yang realistis, mencari dukungan sosial, berlatih self-care, dan melibatkan diri dalam lingkungan yang positif telah terbukti efektif dalam membantu individu mengatasi rasa insecure dan meningkatkan kepercayaan diri mereka.
Namun, penting untuk diingat bahwa setiap individu memiliki perjalanan dan tantangan yang berbeda dalam mengatasi rasa insecure dan meningkatkan kepercayaan diri. Tidak semua strategi akan cocok dan berhasil secara langsung. Oleh karena itu, penting untuk menyesuaikan strategi dengan kebutuhan dan karakteristik individu serta mencari bantuan profesional jika diperlukan.
Dalam kesimpulannya, mengatasi rasa insecure dan meningkatkan kepercayaan diri adalah proses yang berkelanjutan dan membutuhkan komitmen dan upaya. Dengan menggunakan strategi-strategi yang relevan, individu dapat memperoleh perubahan positif dalam pandangan tentang diri mereka sendiri, meraih potensi penuh mereka, dan hidup dengan lebih percaya diri dan memuaskan.
DAFTAR PUSTAKA
Tesser, A. (2000). On the confluence of self-esteem maintenance mechanisms. Personality and Social Psychology Review, 4(4), 290–299.
Hayes, C. (2020). Millennials mental problem “are you okay?”. Loveable
McNiel, D. E., & Binder, R. L. (2007). Effectiveness of a mental health court in reducing criminal recidivism and violence. The American Journal of Psychiatry, 164(9), 1395–1403.
Grabe, S., Ward, L. M., & Hyde, J. S. (2008). The role of the media in body image concerns among women: Psychological Bulletin, 134(3), 460–476.
House, J. S. (1981). Work stress and social support. Addison-Wesley
Burns, D. D. (1999). The Feeling Good Handbook. Penguin.
McKay, M., Wood, J. C., & Brantley, J. (2007). The Dialectical Behavior Therapy Skills Workbook for Anxiety. New Harbinger Publications.
Neff, K. D. (2011). Self-compassion: Stop Beating Yourself Up and Leave Insecurity Behind. HarperCollins.
Padesky, C. A., & Greenberger, D. (2012). Mind Over Mood: Change How You Feel by Changing the Way You Think. The Guilford Press.
Rosenberg, M. (2015). Self-Esteem: An Introduction to Psychometric Theory. Society for Personality and Social Psychology.
Wood, J. C. (2008). The Cognitive Behavioral Workbook for Anxiety: A Step-by-Step
Program. New Harbinger Publications