Oleh: Nada Asa Fhamilya Febria Andre
(Mahasiswa UIN Imam Bonjol Padang)
Waktu tengah jengah melihat si pecundang itu
Ombak di bibir pantai seakan ingin melahap hidup-hidup si pecundang itu
Tepian batu karang dengan suka rela menyaksikan tatapan runyam itu
Gemuruh sempat jua merutuki filosofi bungkam si pecundang itu
Kepalanya hanya menunduk
Bukan sebab sesal
Namun, sebab rumpang
Rumpang semakin runyam
Masa tidak akan terulang
Cerita habis ditepian jurang
Suka cita berbalut luka
Hingga sorot bola matanya kembali sedia kala
Pecundang, benar
Hanya diam membisu di balik tawa yang membuat jalanan berlubang
Bisa disebut penguasa, biar dia sedikit leluasa
Ruang sebongkah tawa dengan segudang lupa diri
Agar bisa menari-nari di atas jembatan tanpa hati
Melangkah bak pahlawan
Menoleh menjadi gumpalan awan hitam pekat
Rumpang, ternyata semata menumpang berteduh
Saatnya temukan jalan pulang
Padang, 01Juni 2022