Suarakampus.com- Mahasiswa UIN Imam Bonjol Padang, Mulyadi Rahmanda dinyatakan hilang oleh pihak keluarga saat hendak berangkat ke Batam, untuk menemui orang tuanya pada Jumat (08/10). Hingga saat ini belum ada informasi terkait pasca keberangkatan Mahasiswa Prodi Studi Agama-Agama (SAA) itu.
Sebelumnya mahasiswa semester III itu tinggal bersama pamannya, Syafri dan hendak menemui orang tuanya karena kuliah masih dilaksanakan secara online.
Kata Syafri, Mulyadi sebenarnya pada Kamis (07/10) hendak berangkat dari Padang ke bandara, namun terkendala sebab belum melakukan tes Polymerase Chain Reaction (PCR). “Dia berangkat hari Kamis dari Padang Panjang menuju bandara, namun karena ia belum melakukan tes PCR maka penerbangan tidak bisa dilakukan,” tuturnya saat dihubungi suarakampus.com, Rabu (13/10).
Karena tidak bisa melakukan penerbangan, akhirnya Mulyadi meminta tambahan uang untuk tes PCR kepada orang tuanya dan akan berangkat pada keesokan harinya. “Setelah dikonfirmasi ternyata Mulyadi tidak melakukan tes PCR,” katanya.
Ia menyebutkan, pihaknya telah melaporkan kasus ini ke maskapai penerbangan dan kepolisian. Dirinya juga mendapatkan informasi dari tukang ojek sekitar Bandara Internasional Minangkabau (BIM), bahwa Mulyadi masih berada di sekitar bandara pada Sabtu dan Minggu lalu. “Kami telah melapor dan pihak bandara akan coba melacaknya melalui CCTV, pihak kepolisian juga berupaya mendalami kasus ini,” tuturnya.
“Hingga saat ini kami masih tetap memantau keberadaannya di bandara,” ucapnya.
Menanggapi hal tersebut, Ketua Prodi SAA Darmaiza mengatakan, hilangnya Mulyadi tidak berkaitan dengan kegiatan kampus, karena tidak ada kegiatan kampus yang melibatkan Mulyadi. “Selama ini perkulihan dilaksanakan secara online dan korban tinggal bersama keluarga di Padang Panjang,” jelasnya.
Ia menilai mestinya Mulyadi tidak berangkat ke Batam, sebab angkatan 2020 akan kuliah tatap muka pada 25 Oktober mendatang. “Perkuliahan akan digelar secara offline, harusnya ia tetap berada di Padang,” katanya.
Lanjutnya, kejadian tersebut menggambarkan sikap yang tidak bertanggung jawab. Katanya, korban telah membohongi orang tuanya pasal keberangkatan, pelaksanaan tes PCR dan sekarang menonaktifkan handphonenya. “Saya tidak tau pasti penyebab hilangnya korban, tapi yang jelas dia telah membohongi orang tuanya. Orang tua korban juga telah lapor polisi,” jelasnya.
Darmaiza berharap Mulyadi segera ditemukan dan tidak ada kejadian serupa di kemudian hari. “Semoga Mulyadi segera ditemukan,” harapnya.
Senada dengan Ketua Prodi SAA, Rekan sekelas Mulyadi, Siti membenarkan tidak ada rutinitas kampus yang melibatkan Mulyadi. Kata dia, follow up Prodi merupakan kegiatan terakhir yang dilakukan Mahasiswa Prodi SAA. “Follow up Prodi kegiatan terakhir yang kami laksanakan di kampus pada semester satu dulu,” sebutnya.
Siti menuturkan, hingga saat ini teman-teman sekelasnya tetap berupaya mencari informasi keberadaan Mulyadi melalui media sosial. “Kami menyebarkan informasi pencarian melalui media sosial dan berharap Mulyadi segera ditemukan,” tuturnya. (ulf)
Wartawan: Firga Ries Afdalia