Oleh: Sri Wahyuni
(Mahasiswi PAI UIN IB Padang)
Siapa sangka nadi berdentum begitu deras
Mengejar denyut yang hampir berhenti
Rupanya, di simpang jalan itu
Tubuh tergores tiang amarah
Tak kuasa pula membentengi luka
Darah gugur tertumpah
Bercengkrama dengan aspal kelam
Menahan didihan air mata
Apa yang membuatmu gusar?
Tidakkah kamu menyudahi sandiwara
Lalu siapa yang membuat bencana
Begitulah, pertanyaan sibuk menerka
Bohlam itu meledak
Tergeser tumpukan ego
Ia meluap membanjiri ruang jalan
Di malam itu, serinai menjadi saksi
Begitu mencengangkan
Hiruk dan pikuk dunia
Ternyata bisa pula menikam
Bahkan berbalik arah
Bolehkah kita memberi reda
Pada apa yang diberi prasangka
Bukankah siang atau malam
Dunia tetap di putaran yang sama
Semua mengambil peran
Tanpa mau berperan
Jatuh dalam pilihan
Yang tak bisa ia kembalikan
Oh buana
Tipu daya semacam apa ini
Dibuat nikmat dalam kehidupan yang fana
Tapi tak sadar, akan kembali menyudahi apa yang dijanjikan di awal penciptaannya.