Oleh: Nada Asa Fhamilya Febria Andre
Kupikir ini lembaran yang penuh senyum dan tawa
Ternyata ekspektasiku terlalu besar
Faktanya bulan penuh duka
Bagai sayap yang patah satu
Bisa terbang tapi tak sempurna
Awal kalender telinga sudah menangkap kabar duka
Di mana sebuah kapal terbang tak mampu sampai ketempat tujuan
Namun sampai ke tempat peristirahatan terakhir
Para penumpangnya pergi dengan senyum dan tawa di bawah atap bandara
Mereka mengayunkan tangan tanda salam perpisahan
Yang ditinggal menyangka akan kembali bersua
Dan yang menanti kehadiran berpikir kan menyambut dengan pelukan bahagia
Buktinya semua tak begitu
Terlihat dari layar kaca yang ditinggal dan menanti tak berdaya
Untuk tegap kaki tak mampu bertumpu
Seketika lemah, tak berdaya
Pupus sudah pelukan berkumpul
Tak lama rentang waktu
Kembali terdengar langkah manusia membawa ketakutan
Lari terpontang-panting
Tak terbesit membawa harta benda
Raga yang berharga dibawa lari
Sebab guncangan alam yang tampak murka
Tak habis di sana
Kembali terdengar kabar duka di tanah Kalimantan
Penghuni buminya juga lari menyelamatkan sebatang diri
Sebab alam kembali melihatkan kemurkaannya
Dia memberi aliran air yang besar
Merendam semua yang ada
Tapak penghuninya tampak berkerut
Badan menggigil sejadi-jadinya
Wajah tampak ketakutan
Bulan Januari penuh tangis dan kehilangan
Teruntuk Januari terima kasih atas peringatannya
Sebab murka alam begitu nyata
Padang, 01 Februari 2021.