Suarakampus.com- Berbicara tentang kegagalan di masa pandemi adalah sebuah hal yang lumrah. Mayoritas manusia akan merasakan gagal di masa ini, tak lain hal tersebut disebabkan efek pandemi yang berpengaruh besar kepada kondisi psikis seseorang. Misalnya ketakutan terhadap virus yang mematikan, kehilangan pekerjaan, cultural shock karena kebudayaan baru yang muncul akibat pandemi ini, dan masih banyak lagi hal-hal tak terduga yang menganggu.
Penulis mencoba untuk menepis seluruh persepsi yang hidup di pikiran mayoritas masyarakat di masa pandemi ini. Dengan tujuan, penulis tetap bisa berproses dengan baik dimanapun, kapanpun dan dalam kondisi apapun dengan semangat dan telaten.
Walau memang, sesekali penulis merasakan hal yang sama dengan kebanyakan masyarakat saat pandemi ini. Seperti ketakutan, kesepian, menganggap dunia mengucilkan kita, berprasangka buruk terhadap Tuhan dan merasa buruk sekali saat tak ada sepeser pun uang di tangan. Semua itu pernah penulis lalui, dan dampaknya tak membuahkan hasil untuk kemajuan.
Tepat pada tengah malam, penulis berpikir bahwa pandemi memang berdampak buruk terhadap kesehatan mental beberapa masyarakat. Dan mau tak mau, kita semua harus bisa melampui semua itu. Karena hidup adalah jalan panjang dan kita semua harus tetap keren dan bertahan, kata Rumthe.
Lalu, penulis mengajak seorang kawan untuk berdialog terkait responnya terhadap pandemi yang semakin menjadi-jadi ini. Tak jauh berbeda ternyata, kita berdua memiliki pandangan yang sama akan dampak dari pandemi ini. Bagaimana tidak, biasanya masih banyak waktu untuk bercengkrama dengan banyak kawan, menggelar acara tanpa takut akan penyebaran virus ini, dan bisa belajar di kelas tanpa harus daring.
Namun, dalam setahun ini semua hal di atas hanya menjadi memori di kepala saja, dan sesekali memori itu muncul tepat tengah malam, ketika matahari sedang tertidur, dan kita semua merasakan sepi yang berkepanjangan.
Tapi, ketahuilah tanpa kita sadari hal-hal yang menakutkan di masa pandemi ini seumpama ujian untuk membuat kita lebih matang menghadapi dunia yang semakin brutal ini. Kita harus tetap bertahan dalam kondisi sulit ini, tetap bekerja dan melaksanakan hal baik dan jangan lupa untuk menjaga diri agar terhindar dari virus yang menyebar ini.
Untuk itu, berikut penulis bagikan tiga langkah untuk bisa melewati masa pandemi ini dengan tenang.
Temukan teman yang bisa mengerti situasi kamu
Hindari lingkungan yang membuat mentalmu buruk
Semisalnya penulis contohkan kepada lingkungan yang tak penah mengapresiasi prestasimu, membanding-bandingkan kehidupanmu dengan manusia di belahan bumi lain yang masa mereka memiliki privillage lebih.
Pasalnya, semakin kamu masuk dalam lingkungan yang tak pernah mendukungmu menjadi lebih baik, hal itu akan menyebabkan kondisi mentalmu yang buruk di saat pandemi ini. Lambat laun akan muncul pikiran, kenapa mereka bisa sedangkan saya tidak. Padahal setiap kita punya passion yang berbeda di setiap bidang. Pertahankan apa yang membuatmu bangkit dan jauhi hal-hal yang menjatuhkanmu.
Hindari mendoktrin diri dengan kalimat “Yok bisa yok” hal itu tak ubahnya dengan menyiksa diri sendiri
Ada kalanya kamu tak bisa melakukan suatu hal namun akibat doktrin itu, kamu memaksakannya. dan sungguh, itu hal yang buruk untuk kondisi mentalmu. Kamu akan tertekan oleh grade yang kamu buat sendiri.
Alangkah baiknya, bergeraklah semaksimal mungkin dan berhenti jika lelah lalu jalan kembali. Tanpa harus mendoktrin diri untuk selalu berlari. Karena hidup terlalu singkat, kita butuh jeda akan segala hal tentang dunia yang fana ini. Lakukan saja yang terbaik.
Penulis: Alif Ilham Fajriadi