Tiga Persoalan Dasar Pemberitaan Bencana di Indonesia

Suasana Webinar yang diadakan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia (Foto: Nada Andini/suarakampus.com)

Suarakampus.com- Ada tiga persoalan dasar pemberitaan bencana di Indonesia yang harus diketahui wartawan, yaitu pengetahuan keterampilan, ekonomi politik, masalah etika. Hal ini diungkapkan Wartawan Harian Kompas, Ahmad Arif pada webinar yang diadakan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia.

Ahmad Arif mengatakan liputan kebencanaan merupakan liputan yang paling komplikatif dan terbilang susah dibandingkan liputan lainnya. “Dalam hal ini, jurnalis harus memahami konsep dasar terlebih dahulu agar mudah meliput berita kebencanaan,” tuturnya, Kamis (04/02).

Lanjutnya, dalam pemberitaan bencana ini jurnalis berperan mengedukasi masyarakat tentang kebencanaan. “Bagaimana cara menghindari bencana, memahami potensi kerawanan tempat tinggal, bersikap bijak terhadap alam dan seterusnya,” ungkap Ahmad Arif.

Semua pihak berperan memberikan edukasi terutama media untuk mengkomunikasikan tempat yang beresiko dan rentan terhadap bencana. “Hal ini dapat dijadikan sebagai upaya untuk meningkatkan pengetahuan publik sehingga bisa mengantisipasi dampak bencana,” kata Wartawan Harian Kompas itu.

Kemudian ia juga menjelaskan dalam konteks Covid-19 sekarang ini, jurnalis cenderung memahami komunikasi hanya untuk menenangkan publik, pada dasarnya itu berguna meningkatkan pemberdayaan publik. “Masyarakat bisa mengetahui risiko dari ancaman Covid-19, sehingga dapat menghadapi dan mengantisipasi hal tersebut,” jelasnya.

Senada dengan itu, Sekretariat Jenderal (Sekjen) Sociaty Indonesia Science Journalists (SISJ), Dewi Safitri menuturkan ada tiga tantangan yang sangat signifikan dalam meliput jurnalisme sains. “Tantangan tersebut terkait informasi, penekanan pada sudut pandang akuntabilitas, dan bentuk prevensi yang dikerjakan serta mitigasinya,” tukasnya.

Lanjutnya, mengutip dari kata Presiden Joko Widodo dalam rapat koordinasi nasional penanggulangan bencana tahun 2021 di Istana Kepresidenan, kita dapat mengukur situasi liputan kebencanaan di Indonesia. “Disiplin dalam situasi bencana belum teraplikasikan dalam hal yang paling krusial sehingga masih banyak terjadi hal yang tidak diinginkan,” tuturnya. (rta)

Wartawan: Nada Andini (Mg)

Total
0
Shares
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Previous Post

Jualan Sate Saat Kuliah, Mahasiswa UIN IB Ini Lulus dengan Predikat Cumlaude

Next Post

Wisata Desa Tertua Nagari Pariangan

Related Posts
Total
0
Share
Just a moment...