Gelembung yang Ciptakan Pertentangan dengan Realita

Judul buku: Dunia dalam Gelembung

Pengarang: Reza A.A Watimena

Penerbit: Evolitera

Tahun Terbit: 2013

Tebal Halaman: 189 halaman

Resensiator: Andre Pratama

Buku Dunia dalam Gelembung ini menceritakan apa yang terjadi dengan Indonesia dewasa ini, terutama dilihat dari sudut pandang filsafat  dan ilmu-ilmu sosial lainya. Penulis buku ini mengajukan satu argumen bahwa Indonesia terjebak dalam gelembung-gelembung realitas sehingga kehilangan pijakan pada realitas yang sesungguhnya. Dalam konteks ini, gelembung adalah elemen yang menghalangi pandangan kita atas kenyataan yang sebenarnya, yang terlihat kemudian adalah versi lebih ( hiperbolis) dari kenyataan itu.

Kita hidup di dunia dalam gelembung,  mengelembungkan segala yang ada, sehingga hampir semuanya kehilangan akar realitasnya dan tampak berlebihan. Pada akhirnya, kitapun akan kehilangan pegangan pada realitas sesungguhnya dan hidup dalam kebohongan.

Gelembung pertama adalah gelembung informasi, setiap hari otak kita diserang oleh jutaan informasi, mulai dari iklan, berita di koran, sampai dengan gosip terbaru artis ternama. Akibatnya, yang diperoleh adalah adanya gelembung citra yang membuat seseorang tampak lebih dari aslinya, yang akan menimbulkan kesalapahaman. Gelembung yang kedua adalah gelembung harapan dan kekecewaan, jika harapan sudah mengelembung maka akan bermuara pada kekecewaan yang besar karena harapan tersebut jatuh dari kenyataan yang ada.

Gelembung yang ketiga adalah gelembung budaya dan pendidikan, dunia akademik kita juga hidup dalam gelembung, kampus-kampus di Indonesia berusaha untuk mengelembungkan diri menjadi kampus Internasional, jauh dari jangkar dunia, dan nyaris tercerabut dari persoalan-persoalan mendesak realitas. Gelembung adalah dunia semu yang menyelimuti realitas yang sebenarnya, gelembung adalah symbol kemegahan dan kebesaran, tetapi di dalamnya  kosong dan rapuh. Maka dari itu kita tidak bisa begitu saja percaya pada gelembung-gelembung sosial di sekitar kita.

Di dalam hidup ini, kita harus berusaha melihat apa yang melampui indera bukan supernatural, melainkan apa yang tak tampak, yang ada di balik setiap gelembung di sekitar kita. Dunia dalam gelembung adalah dunia yang penuh pencitraan, yang seringkali juga berubah menjadi dunia yang penuh kebohongan. Maka dari itu kita harus mampu memecah gelembung-gelembunng yang menutupi realitas. Melihat realitas itu secara langsung, dengan kata lain kita harus memecah berbagai gelembung realitas yang ada, mulai gelembung budaya, pendidikan maupun gelembung pemikiran.

Karena hal itu, buku ini tidak hanya sekedar cerita tak bernyawa,  namun buku ini mengajak kita untuk berpikir kritis, ketika berhadapan dengan dunia sehari-hari, dengan sikap kritis kita biasa memahami berbagai aspek permasalahan di dalam dunia sehari-hari. Setiap penulis memiliki bagian ceritanya sendiri, yang didapatkan dari pengelaman penempatan mereka.

Buku ini sangat menarik untuk dibaca dari segi judul sudah membawa ketertarikan untuk membacanya dengan memakai prosa  yang cukup menarik sehingga pasti tinggi nilai estetikanya. Buku ini sangat menginspirasi bagaimana pandangan kita agar tidak berpikir negatif dahuluu  terhadap permasalahan yang ada di dunia sehari-hari.

Walaupun demikian, buku ini banyak menggunakan istilah asing yang akan sulit diterima oleh orang awam, pembaca akan sulit mengerti. Solusi atau pemecahan masalah dalam buku ini banyak bermakna filsafat, sehingga sulit untuk menalar dan tidak langsung pada kesimpulan buku. Bagian atau point dalam buku belum sempurna dan tidak diberikan dengan baik sehingga sulit bagi pembaca mengetahui mana yang sub baru.

Total
0
Shares
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Previous Post

Keistimewaan Bareh Solok

Next Post

Senja Kala Itu

Related Posts
Total
0
Share