Oleh : Emirul Ikhsan
Mahasiswa Fakultas Syari’ah UIN IB Padang
A. Pendahuluan
Gen z, generasi milenial ataupun generasi alpha kalimat yang sering kali kita dengar di tengah masyarakat. Disatu sisi kita tidak mengetahui makna dari penyebutan dan pembagian generasi tersebut. Akan tetapi disisi lain pembagian generasi ini sudah lumrah untuk diucapkan dan diungkapakan oleh khalayak ramai. Tentunya melalui media sosial yang menyebabkan nama pembagian generasi tersebut dikenal, dipakai dan menjadi terkenal.
Pembagian generasi ini pertama kali diungkapkan oleh Karl Markheim dalam esainya “Das Problem Der Generations” pada tahun 1928. Temuan pembagian generasi disebut dengan teori generasi yang mana untuk mengelompokkan rentang usia dengan berbagai tingkah lakunya. Berikut ini beberapa pendapat para ahli mengenai pembagian generasi
- Menurut Pilcher, generasi terjadi karena adanya kesamaan pola pengalaman dan pola pemikiran.
- Menurut Ryder, generasi adalah kelompok yang terdiri atas individu dengan kisaran umur yang sama dan telah mengalami peristiwa sejarah yang sama.
- Menurut Borodin, Smith dan Bush, generasi adalah orang-orang yang berasal dari generasi yang sama memiliki kesamaan pengalaman seperti kultur, politik, ekonomi, peristiwa dunia, bencana alam, dan teknologi.
- Menurut Strauss & Howe, generasi adalah membuat teori perbedaan generasi berdasarkan pada persamaan kurun waktu tahun lahir.
- Menurut Dr. Alexis Abramson, generasi adalah kapan kita lahir akan mempengaruhi perilaku, persepsi, nilai, dan kebiasaan.
B. Pembasan
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), pengelompokan atau pembagian generasi ada 6 generasi yaitu Post Generasi Z, Generasi Z, Milenial, GenerasiX, Baby Boomer, dan Pre-Boomer. Adapun persentase dari generasi ini sebagai Gen Z berjumlah 74,93 juta atau 27,94% terhadap total penduduk, Milenial jiwa (25,87%), Gen X 58,65 juta jiwa (21,88%), Baby Boomer 31,01 juta (11,56%), Post Gen Z 29,17 juta jiwa (10,88%), dan Pre-Boomer 5,03 juta (1,87%). Akan tetapi kali ini penulis hendak membahas lebih lanjut tentang Generasi z (Gen z) yang mana generasi z ini rentang usia yang lahir dari tahun 1997-2013. sering kali disebut dengan istilah Digital Natives, karena Generasi Z adalah pertama yang lahir dengan akses luas ke internet dan teknologi digital sejak usia dan itulah mengapa mereka disebut digital natives” Gen Z juga disebut karena mereka tumbuh dengan layar, smartphone, laptop, dan tablet, dan itu adalah bagian besar dari hidup mereka. Sadar secara sosial dan politik Banyak Gen Z dikenal karena mereka tumbuh dengan layar, smartphone, laptop, dan tablet, dan itu adalah bagian besar dari hidup mereka.
Sadar secara sosial dan politik Banyak Gen Z dikenal karena kepedulian mereka terhadap isu-isu sosial dan politik dan sering aktif dalam upaya membawa positif. Mereka lebih progresif dan liberal dibandingkan generasi sebelumnya dan cenderung memprioritaskan isu-isu seperti perubahan iklim, kesetaraan ras dan serta hak-hak LGBT. Masalah terbesar yang dihadapi Generasi Z adalah transisi dari Era Society 4.0 ke Era Society 5.0 secara teknologi.
Menemukan identitas atau jalan hidup dan mengembangkan karakter adalah dua hal yang harus diatasi oleh Generasi Z agar tidak mudah terpengaruh dan terdegradasi oleh kemajuan teknologi. Maka dari itu sebagai generasi yang akan mengisi pemerintahan dimasa depan, Gen Z sejatinya harus bisa menggunakan semua elemen yang ada. Dengan realita yang terjadi Gen Z.
menjadi mengalami degradasi dalam hal karakter. Artinya pendidikan karakter atau moral bisa dikatakan tidak dimiliki oleh generasi Z. Yang harus dilakukan. adalah dengan pengenalan dan penanaman kembali etika dan karakter pada kepribadian gen Z. Agar supaya unutk menciptakan generasi penerus sebagai patron menuju Indonesia emas 2045.
Masa penanaman generasi emas Indonesia dimulai sejak tahun 2012. Oleh karenanya, dalam kurun waktu tersebut pemerintah dan segenap masyarakat terus menggalakkan program pendidikan agar lebih maju. Harapan besar ini muncul karena didukung oleh potensi sumber daya manusia Indonesia. Tahun 2010-2035 indonesia memasuki periode bonus demografi, dimana usia produktif paling tinggi di antara usia anak-anak dan orang tua.
Di Tahun 2045 nanti, tepat Indonesia berusia 100 tahun, Negara ini sudah memiliki generasi-generasi penduduk warga dunia yang bersifat transkultural, namun harus tetap hidup dan berkembang dalam jati diri dan budaya Indonesia sebagai sebuah bangsa yang bermartabat. Sesuai dengan prediksi pemerintah bahwa, generasi emas adalah dimana kondisi jumlah penduduk Indonesia diperkirakan 88 juta jiwa berusia 0-19 tahun lebih banyak dibandingkan usia tua.
Terakhir yang hendak penulis sampaikan yaitu gen z harus bisa menggunakan kemampuan yang dia miliki dan mengelola kekurangannya dalam hal karakter untuk bisa menjawab dan bahkan menjadi jawaban sebagai generasi penerus untuk menyonsong Indonesia emas 2045. Semoga dengan penanaman pendidikan karakter bisa terwujud sesuai peran dan fungsinya untuk menciptakan masyarakat adil makmur yang diridhai Allah SWT.
C. Kesimpulan
Dari pembahasan tantangan dalam mewujudkan generasi z di era 5.0 kemajuan teknologi sangat berpengaruh pada karakter gen z. Hal ini dikarenakan adanya perubahan dan generasi muda cenderung harus berpikiran terbuka dengan adanya perubahan terutama masuknya teknologi maka dapat menyebabkan kecanduan terhadap teknologi itu sendiri. Secara tidak langsung, karena adanya era society 5.0 ini, karakter generasi z mulai hilang. Khususnya calon generasi emas 2045 nantinya. Dari hal ini maka diperlukannya Pendidikan Karakter, yang mampu meningkatkan karakter generasi muda sebagai jati diri bangsa. Dengan adanya pendidikan karakter maka diharapkan dapat mewujudkan generasi bangsa yang baik, cerdas dan memiliki akhlak mulia dan berkepribadian baik. Untuk meningkatkan kembali karakter generasi mudayang telah lekang oleh perkembangan zaman, diperlukan peran orang tua, sekolah, serta masyarakat dalam menciptakan generasi yang berakhlak.
D. Daftar Pustaka
Ainun, F. P. (2022). Identifikasi Transformasi Digital Dalam Dunia Pendidikan Mengenai Peluang Dan Tantangan Di Era Disrupsi. Kewarganegaraan, 1570– 1580.
Ali, M. dan H. F. (2021). Transformasi dan Digitalisasi Pendidikan Dimasa Pandemi.
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan, 121–127. Arif, M. (2008). Pendidikan Islam Transformatif. LKIS
Alimuddin, Z. (2019). Era Masyarakat 5.0 Guru harus lebih inovatif dalam mengajar.
Retrieved Mei, 18, 2019.
Marisyah, A., Firman, F., & Rusdinal, R. (2019). Pemikiran Ki Hadjar Dewantara tentang Pendidikan. Jurnal Pendidikan Tambusai, 3(3), 1514–151