Menggairahkan Gerakan Literasi, Buat Generasi Gokil

Ilustrasi: Nadia/suarakampus.com

Oleh: Devita Rahma

(Mahasiswi Prodi Komunikasi Penyiaran Islam
Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi
UIN Imam Bonjol Padang)

Zaman dengan segala kemajuan teknologi seperti permata yang berkilau
di dunia maya. Era digital yang menghipnotis membuat kurangnya literasi.
Bagaikan bayangan gelap yang menyelinap di antara langit pengetahuan. Lalu
kebingungan.


Generasi gokil sering disebut manusia keren, kreatif, selalu ada ide-ide di luar
nalar, dan keberanian tinggi. Namun keberanian harus diiringi dengan
wawasan serta pengetahuan luas dari literasi. Agar tidak dilihat sebagai orang
dengan gaya ambisi tapi otak tidak berisi. Karena generasi gokil terbiasa
dengan dunia yang penuh dengan informasi singkat, meme lucu hingga berita
viral. di balik kegokilan mereka, pasti ada potensi besar yang belum tersentuh.


Buku yang orang tau adalah hanya selembar kertas, beberapa halaman, dan
ada tulisan dari tinta. Membaca buku menurut generasi gokil adalah gaya
kuno. Padahal dari membaca buku orang bisa mengetahui tokoh-tokoh
inspirasi, tempat yang belum dikunjungi, emosi yang dirasakan dari alur cerita
yang ada pada buku, serta menjadi orang kaya dengan pikiran kritis.

Abdullah Khusairi (2020) dalam sebuah opininya yang berjudul “Nasib
Sebuah Buku di Tengah Iklan Gadget Baru” menjelaskan susahnya
membicarakan buku di tengah budaya yang rendah dan di depan gadget
berjam-jam telah menjauhkan kehidupan dengan buku. Inilah salah satu sebab
besar dari perubahan teknologi.


Gerakan literasi adalah jalan bagi generasi gokil sadar bahwa pentingnya
membaca untuk menjalani kehidupan. Dengan menggairahkan gerakan
literasi yang sesuai minat dan gaya mereka. Pada bagian inilah literasi menjadi
penting, bukan sekedar tumpuk buku di rak, tetapi membuka dunia baru
penuh warna, inspirasi, dan pengetahuan.


Buat memulai gerakan literasi, tidak perlu jadi kutu buku dengan muka kusam
karena membaca sendirian. Teman-teman bisa bikin kelompok baca yang asik,
bisa diskusi buku favorit sambil nyemil cemilan di cafe, bisa juga baca buku
bareng ditaman, dan bisa sambil santai diringi live music. Bikin seru serta
hubungan sama teman-teman makin lengket.


Manfaat lain bisa membantu teman putus cinta atau merasa paling jomblo
sedunia. Dengan kasih novel romansa yang bikin semangat lagi buat mereka
tahu hidup bukan tentang percintaan saja.

Tapi, jika dilihat literasi di Indonesia masih rendah dari negara lain, dimana
tidak ada motivasi, minat membaca, jarangnya ke perpustakaan, hanya
menerima tapi tidak mengembangkan gagasan.


Balik lagi dengan era digital, akses terkait literasi yang dahulu terfokuskan
pada buku di perpustakaan, tapi kini telah berpindah ke ujung tangan kita,
cukup satu sentuhan saja. Manusia dapat menerima dan membaca informasi
di manapun.


Generasi gokil bisa menggunakan gadget sebagai tempat baca artikel, blog,
hingga e-book yang bisa didownload secara gratis. Ada juga platfrom keren
seperti: audiobook dan podcastbuku. Bagi mereka yang malas membaca tapi suka
mendengarkan. Begitulah literasi tidak lagi terbatas oleh ruang dan waktu.
Sudah tidak ada lagi alasan untuk tidak memanfaatkan keuntungan berliterasi.


Setelah memanfaatkan gadget dengan baik, Generasi gokil juga mampu
manfaatin media sosial untuk mengembangkan gerakan literasi. Bikin konten
keren di Instagram & Tiktok di mana orang-orang sering menghabiskan waktu
scroll video hingga menerima informasi. Kembangkan konten betapa serunya
membaca. Review buku yang abis dibaca di sosmed, yang bisa bikin penasaran
khalayak. Selain viral teman-teman online juga tertarik ikut gerakan literasi ini.


Sehubung dengan konten, generasi gokil juga bisa jadi influencer literasi, yang
dikenal dan dapat uang, perlu diketahui Influencer bukan cuma fashion serta makeup, generasi gokil bisa jadi role model untuk menarik perhatian generasi
lainnya apalagi yang suka membaca. Dengan pamer buku baru, share quotes
keren dari buku, hingga kasih tips cari buku yang oke. Ini menjadi cara ampuh
dengan mengikuti zaman.


Adapun hal-hal lain yang diperhatikan dalam menyajikan konten terutama
mengenai literasi yaitu bahasa akrab dan gaya santai. Generasi gokil lebih
responsive terhadap informasi yang disampaikan sesuai gaya dan bahasa
sehari-hari mereka.


Berbicara tentang zaman sekarang munculnya tantangan dalam melakukan
gerakan literasi pada generasi gokil. Dimana orang berhak memilih jalan
mempermudah hidup tanpa memperkaya literasi. Jika kita menutup diri dari
perkembangan zaman, maka kita akan jauh dari ilmu.


Gerakan literasi ada dampak positif dan negatif bagi generasi gokil. Positifnya
adalah tingginya kemampuan pikir kritis, kreativitas, hingga generasi ini
menjadi terampil dengan ekplorasi ide-ide baru, terus belajar dengan lebih
baik.


Negatifnya adalah adanya ketergantungan pada informasi yang tidak
terverifikasi dalam penyalahgunaan media sosial. Terlalu banyak konten yang
tidak mendidik. Sehingga mengurangi minat mereka pada literasi yang
berkualitas lalu terganggunya perkembangan intelektual seseorang tersebut.

Cara mengatasi hal ini harus ada gebrakan yang dilakukan dengan
memberikan dukungan serta pemahaman kepada generasi gokil betapa
istimewa jika berliterasi.


Namun harus diingat juga bahwa membaca adalah tabungan untuk masa
depan, menjalani kehidupan, membangkitkan semangat, dan belajar dari
pengalaman, Jangan hanya dijadikan kesenangan sementara, karena Ilmu dan
wawasan tidak didapat dari mana-mana selain dari bacaan.


Salah satu kata mutiara indah dalam perjalanan literasi adalah “Buku adalah
liburan termurah yang bisa kamu beli. Buku adalah pesawat, kereta api, dan jalan
harapan untuk orang-orang yang ingin berada di tempat lain”. Artinya orang dapat
menjelajahi dunia, membuka peluang baru, serta menemukan keajaiban tak
terduga karena literasi.


Seseorang tidak boleh melupakan kekuatan dalam literasi, dengan membaca
harus asah kritisisme pikiran, inspirasi positif tidak hanya diri sendiri
melainkan pada masyarakat sampai dunia.


Begitu indah kekuatan dari literasi. Literasi bagaikan cahaya yang menerangi
jalan pengetahuan, mahakarya abadi, diungkapkan oleh mereka yang bersedia
meresapi, tiada henti memberi inspirasi. Mampu merubah dunia serta
menggerakkan jiwa dalam medan pikiran dan hati.

Untuk itu generasi gokil janganlah buang waktu. Jadilah pionir dalam gerakan
literasi, mengukir dunia yang cerdas. Bukan dihiasi dengan kebodohan. Mari
bicara dengan kedalaman pikiran, bukan hanya gaya belaka. Tidak sekedar
menerima. Tapi berikanlah kekuatan dalam perubahan era digital. Kita lawan
menggunakan senjata kekuatan literasi yang membara dalam diri ini.

Total
0
Shares
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Previous Post

Study Tour Mahasiswa MD: Bangun Toleransi Antarsesama Umat Beragama

Next Post

Sadar

Related Posts
Total
0
Share