Suarakampus.com- Pasca kemerdekaan Indonesia tahun 1945, terjadi pergolakan dalam dunia intelektual di Indonesia, dengan mengalami dinamika yang luar biasa pada masing-masing Organisasi masyarakat (Ormas) yang berdiri semenjak sebelum kemerdekaan, seperti: Muhammadiyah, Nadhatul Ulama, Al-Irsyad, Jamiah Al-Khair, Persis dan lainnya.
Persatuan Islam (Persis) termasuk organisasi yang berkecimpung dalam pergolakan intelektual di Indonesia yang awalnya berdiri di Bandung. Kemudian menyebar ke wilayah lain di pulau Jawa serta menyebar pula ke pulau-pulau utama lainnya di Indonesia termasuk pulau Andalas (Sumatra).
Pada tanggal 12 September 1923 Persis berdiri di Bandung dengan dipimpin oleh Haji Zamzam dan Haji Muhammad Yunus. Persis didirikan bertujuan untuk memahamkan Islam yang sesuai dengan ajaran Rasulullah ﷺ, berbeda dari pemahaman Islam tradisional yang dianggap sudah tidak orisinil karena bercampur dengan kearifan lokal, taklid buta, tidak kritis dan tidak ingin mempelajari Islam lebih dari hadits-hadits shahih.
Lewat peran aktif dari para ulamanya semisal Ahmad Hassan atau dikenal juga dengan nama Hassan Bandung, Persis mengenalkan ajaran Islam yang berdasarkan atas sumber konkret dari alquran dan Hadits. Ide pertama kali munculnya untuk mendirikan Persis dalam acara kenduri di salah satu rumah anggota sebuah organisasi keluarga orang-orang yang asli berasal dari pulau Sumatra yang sudah lama menetap di Bandung. (Noer, 1978)
Berdasarkan wawancara dengan Sudarman (Tokoh Persis Sumbar), sejarah masuknya Persis ke Sumbar secara struktural terjadi pada tahun 2010 silam. Secara kultural, Persis sudah lama masuk ke Sumbar pada tahun 1990-an, bahkan pada saat ada yang mewakafkan masjid dan lembaga pendidikan di Payakumbuh tapi tidak terlalu dikenal, namun banyak alumni-alumni Persis yang mengembangkan gerakan dakwahnya di daerah-daerah provinsi ini, seperti di Mentawai dan dapat diperkirakan umur dari Persis sendiri di Sumbar yaitu sekitar 10 tahun secara struktural.
Adapun lokasi sekretariat Persis Sumatra Barat berada di komplek Mesjid Nurul Iman, jalan Imam Bonjol, Kota Padang. Yang sekarang ini dipimpin oleh Syafril dan Sekretaris oleh Asep Ajidin serta Pembina Ismail (Bupati Solok).
Adapun kontribusi kesalehan sosial Persis di Sumbar, dikutip dari Personal Communication terdapat pergerakan sosial dan peran meningkatkan intelektual masyarakat di Sumbar, di antaranya:
Persis Bentuk Gerakan Pembaharuan
Persis termasuk ke dalam organisasi Islam modern, yang lebih cenderung pada gerakan kepada pengembangan potensial akademik baik intelegensi atau daya intelektualitas, serta peningkatan pemahaman agama melalui lembaga-lembaga pendidikan berupa pesantren-pesantren.
Makna Pesantren menurut Persis yaitu termaktub dalam Tafsir Qanun Asasi dan Qanun Dakhili Persatuan Islam, tahun 1984, yang dibuat pada masa kepemimpinan K.H. A. Latief Muchtar, memaparkan bahwasanya kekonkretan dari pendidikan dalam Persatuan Islam adalah mendidik manusia agar jauh dari kesesatan yang gelap-gulita menuju petunjuk Allah yang terang-benderang, dalam rangka membentuk pribadi muslim yang seluruh tingkah lakunya diniatkan untuk mengamalkan segala ajaran Islam sesuai tuntunan alquran dan sunnah.
Di sini juga disebutkan bahwa bagi Persatuan Islam, tujuan pendidikan adalah mendidik para calon ulama yang tafaqquh al-din, sebagai sebuah kekhususan yang dimiliki organisasi Persatuan Islam. Tujuan ini dilaksanakan dengan mendirikan lembaga-lembaga pendidikan dalam sistem formal, informal, maupun non-formal. Yang menarik di sini bahwa yang dimaksud lembaga pendidikan formal adalah penyelenggaraan pendidikan berbasis “pesantren”. (Suharto, 2011)
Peran Persis Dalam Mencerdaskan Bangsa
Pergerakan mereka untuk mencerdaskan kehidupan bangsa juga tidak bisa dipungkiri. Peran Persis dalam mencerdaskan umat dalam masa-masa silam melakukan dakwah ke berbagai masjid yang sebelumnya ditugaskan kepada para santri dari pesantren mereka yang sudah memiliki bekal ilmu agama yang kuat dan siap mental dalam menghadapi setiap dinamika dan problematika yang pasti akan terjadi. Mereka turut serta berdakwah ditugaskan setelah tamat belajar dari pesantren untuk mengabdi ke masyarakat dan menyampaikan pesan-pesan Islami hingga ke pelosok-pelosok negeri Indonesia.
Padang adalah salah satu bagian kota yang dihinggapi dakwah dari Persis. Pengajian demi pengajian dilaksanakan oleh mereka setiap pekannya di Masjid Nurul Iman Kota Padang. Pengajian yang dilakukan tentunya membahas mengenai perkara-perkara permasalahan agama termasuk tentang fikih maupun tauhid serta banyak pula para partisipan yang datang ke sana untuk mendengarkan kajian yang disuguhkan. Kebetulan saja, memang lokasi mesjid tempat pengajian tersebut lumayan strategis karena terletak di tengah pada perkotaan yang mana orang-orang lalu-lalang ke sekitar daerah tersebut.
Gerakan Sosial Masyarakat
Persis melaksanakan pembagian nasi bungkus secara gratis kepada masyarakat di sekitar pesisir pantai Kota Padang. Hal tersebut juga pernah dilaksanakan di Pantai Aie Dingin sekitar daerah Tabing Kota Padang pula. Hal yang pasti yang bisa didapati dari pergerakan sosial maupun intelektual yang dilaksanakan oleh Persis adalah tidak ada sama sekali mengalami penolakan maupun pertentangan dari masyarakat luas yang ada di Provinsi Sumbar. (ulf)
Penulis: Johan Septian Putra (Mahasiswa Pasca Sarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta)