Puasa Ramadan dan Nilai-nilai Pendidikan

Sosok Prof. Dr. H.Syafruddin Nurdin (Foto: Dokuemntasi/suarakampus.com)

Khazanah
Penulis: Prof. Dr. H.Syafruddin Nurdin (Guru Besar UIN Imam Bonjol Padang)

Ramadan adalah bulan mulia yang penuh dengan berbagai keutamaan. Sehingga dalam Alquran disebutkan bahwa ramadan itu lebih baik dari seribu bulan (Al-Qadar:3). Ibadah sunah dinilai sebagai sesuatu yang fardu dalam bulan ramadan, sementara yang fardu dilipat gandakan pahalanya oleh Tuhan. Kemudian, Nabi mengatakan bahwa ramadan bulan yang permulaannya rahmat, pertengahan nya ampunan dan akhirnya merdeka dari neraka.

Dalam bulan ramadan kita diwajibkan melaksanakan puasa siang hari dan disunahkan menegakkan qiyamul lail pada malamnya. Seperti dinyatakan Nabi, ramadan adalah bulan yang Allah telah mewajibkan atas mu berpuasa di dalamnya, dan telah mensunahkan bagimu berdiri dan beribadat di malamnya. Barangsiapa yang melaksanakan puasa dan qiyamul lail dengan iman dan penuh perhitungan, maka ia akan terlepas dari dosanya seperti bayi yang baru lahir dari perut ibunya.

Hadis di atas menggambarkan salah satu dari keuntungan dan manfaat yang dapat diraih oleh orang-orang yang melaksanakan ibadah puasa dengan benar, sekaligus memperkuat dan membenarkan bahwa ramadan itu adalah bulan maghfirah (ampunan). Selain dari itu, puasa ramadan juga banyak sekali mengandung nilai-nilai pendidikan.

Di dalam bulan ramadhan, meskipun sedang sendirian di rumah atau pun di tempat lain, orang yang sedang berpuasa tidak mau minum atau memakan sesuatu yang ada di dekatnya. Meskipun kesempatan untuk itu ada dan tidak dilihat oleh orang lain.

Orang yang berpuasa senantiasa memegang amanah yang telah diikrarkan dengan Tuhan sebelum makan sahur. Jadi puasa merupakan sarana untuk mendidik seseorang bersikap amanah dan jujur di dalam kehidupan.

Selama melaksanakan ibadah puasa, banyak ujian dan cobaan yang dirasakan. Adakalanya orang melontarkan kata-kata yang kasar, menghardik dan bahkan melukai perasaan kita. Semuanya itu bagi orang yang sedang berpuasa tidaklah menjadikan mereka terpancing untuk marah dan emosi, malah sebaliknya orang yang berpuasa akan menghadapi hal tersebut dengan sabar dan tabah serta mengucapkan inni shaaimun (saya puasa). Mereka menyadari, bahwa selama berpuasa harus memelihara ucapan, perkataan dan perbuatan agar tidak merusak pahala puasa. Dengan demikian puasa mendidik dan melatih seseorang sabar dan tabah dalam menghadapi berbagai hal.

Di samping itu, selama satu bulan penuh orang-orang berpuasa berlatih merasakan haus dan dahaga di siang hari. Ini artinya, orang-orang yang berpuasa mencoba membawakan kepada dirinya betapa dahaga dan kering kerontang nya tenggorokan orang-orang yang hidup kekurangan dan fakir miskin setiap hari, karena ketiadaan uang untuk membeli sesuatu guna membasahi mulut dan tenggorokannya.

Dengan latihan ini diharapkan akan muncul dari dalam diri orang yang berpuasa perasaaan senasib sepenanggungan atau solidaritas sosial terhadap orang lain. Orang-orang yang berpuasa menyadari bahwa belum sempurna imannya bila ia kenyang sementara tetangganya dalam keadaan lapar. Di sini jelas bahwa ibadah puasa mendidik dan membangun perasaaan solidaritas sosial (kepedulian terhadap sesama).    

Selanjutnya, dalam melaksanakan ibadah puasa para shaimin dan shaimat dilatih disiplin, mulai dari menepati waktu melaksanakan sahur dan imsak, berbuka, mendirikan salat fardhu dan sunnat  sampai kepada pelaksanaan salat tarawih. Semuanya harus mengikuti sunnah yang sudah diajarkan oleh Nabi. Tidak boleh menurut selera dan apalagi bertentangan dengan yang sudah diajarkan Nabi.

Sahur harus dilakukan taakhir, artinya didekatkan kepada waktu subuh, dan berbuka harus disegerakan dengan terlebih dahulu mencicipi/memakan makanan yang tidak dikenai api, seperti pepaya, kurma, pisang dan sebagainya. Waktu berbuka perut tidak boleh diisi terlalu penuh, cukup sekadarnya saja, agar tidak kesulitan dalam melakukan shalat tarwih. Demikian pula halnya dengan pelaksanaan shalat tarwih. Di mana ada imam, dan kita harus mengikuti imam, dan sekali-kali tidak boleh mendahului imam.

Sebagaimana diperintahkan oleh Allah SWT: Wahai orang-orang yang beriman, rukuklah, sujudlah dan sembahlah Tuhanmu serta berbuat baiklah secara bersama-sama. Niscaya dengan itu, kamu akan meraih keberuntungan  Semua yang digambarkan di atas merupakan simbol kedisiplinan yang diikuti oleh orang-orang yang berpuasa selama bulan ramadan. Dengan demikian bulan ramadan juga mengandung nilai-nilai pendidikan disiplin.

Bilamana umat Islam dapat melaksanakan ibadah puasa dengan benar (iman dan perhitungan yang mantap), insya Allah akan tumbuh dan muncul dalam dirinya nilai-nilai dan sifat-sifat utama dalam kehidupan seperti amanah dan jujur, sabar, kepedulian sosial dan disiplin.(fga)

Total
0
Shares
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Previous Post

Dosen Unidha: Eksistensi Manusia Bisa Kendalikan Akal dan Nafsu

Next Post

Ancaman Represi Terhadap Pers Mahasiswa

Related Posts
Total
0
Share