Suarakampus.com– UIN Imam Bonjol Padang, mendorong percepatan transformasi digital melalui penerapan konsep Smart University yang dibahas dalam webinar bertema Smart University dan Masa Depan Pendidikan Islam di Dunia Arab dan Asia Tenggara. Kegiatan yang diinisiasi oleh International Office ini dilaksanakan secara daring melalui Zoom Meeting dan menghadirkan Rektor, Jumat (02/05).
Rektor UIN IB menyampaikan, bahwa kampusnya telah menerapkan sistem pembelajaran digital seperti Learning Management System dan virtual reality. “Teknologi ini memberi fleksibilitas serta keberlanjutan dalam pembelajaran,” ujarnya.
Martin menjelaskan, bahwa UIN IB mengusung konsep smart governance dengan sistem terintegrasi. “Mahasiswa dapat mengakses semua kebutuhan akademik dalam satu genggaman,” katanya.
Pimpinan universitas itu menambahkan, pihaknya menjalin kolaborasi internasional dalam bidang riset dan pengabdian. “Kami bekerja sama dengan universitas di Asia dan Eropa, termasuk Jerman,” jelasnya.
Selanjutnya ia memaparkan, metode belajar telah beralih dari yang berpusat kepada dosen, beralih kepada mahasiswa. “Dosen kini bertindak sebagai motivator dan konselor,” tuturnya.
Ia mengakui bahwa adaptasi teknologi belum merata di kalangan dosen dan tenaga kependidikan. “Civitas akademika perlu diperkuat agar siap menghadapi tantangan zaman,” tegasnya.
Pihak kampus menyebut sedang membangun smart environment dengan konektivitas tinggi dan sistem keamanan digital. “Kami ingin menciptakan ekosistem belajar yang nyaman,” ucapnya.
Rektor menilai lulusan Smart University memiliki keterampilan beragam atau hetero skill. “Agama dan profesionalisme keilmuan juga ikut diperkuat,” ungkapnya.
Sistem digital membuka akses pendidikan tanpa batas ruang dan waktu. Kurikulum adaptif menjadi kunci mengahadapi dunia kerja. “Dosen dan mahasiswa bisa berkolaborasi dari lokasi berbeda,” jelasnya.
Pimpinan perguruan tinggi itu mengungkapkan, bahwa kurikulum adaptif menjadi kunci menghadapi perubahan dunia kerja. “Kurikulum tidak lagi kaku,” katanya.
Ia menambahkan, sistem evaluasi kini berbasis big data untuk mencegah kesalahan strategis dalam kebijakan. “Kami tinggalkan cara evaluasi yang statis,” pungkasnya. (Red)
Wartawan: Raihani Salsabila (Mg), Verlandi Putra