Suarakampus.com– Tafsirkan ayat al-Qur’an menggunakan metode Ma’na Cum-Maghza jawab tantangan perkembangan zaman. Hal ini disampaikan langsung oleh Sahiron Syamsuddin, Wakil Rektor II UIN Sunan Kalijaga di Gedung J Academica Center dan Multipurpose, kampus III UIN Imam Bonjol.
Katanya, untuk memahami metode Ma’na Cum-Maghza diperlukan pemahaman tentang tiga hal di antaranya, ma’na historis, al-maghza al-tarikhi, dan al-maghza al-mutaharrik al-mu’asir. “Tiga hal ini perlu digali untuk menggunakan Metode Ma’na Cum-Maghza,” jelasnya.
Ia menyebutkan ma’na historis dipahami sebagai alasan diturunkannya ayat al-Qur’an kepada Nabi Muhammad Saw. “Harus tahu dulu ashabul nuzulnya,” terang Sahiron.
Lanjutnya, pendekatan yang kedua al-maghza al-tarikhi artinya memahami pesan utama yang terkandung dalam ayat al-Qur’an. “Ada unsur al-ma’zah tal bil khoir,” ungkapnya.
“Harus digali al-ma’hza al-muhta ma’na insyari, dengan ini kita bisa menangkap makna al-Qur’an tersebut,” tambahnya.
Kemudian, ia menyebutkan langkah ketiga al-maghza al-mutaharrik al-mu’asir yaitu pengembangan signifikansi teks al-Qur’an dalam kehidupan yang dinamis. “Tahap inilah untuk mengaitkannya dengan masa sekarang,” pungkasnya.
Kendati demikian, kata dia, untuk memahami ayat al-Qur’an diperlukan juga analisa bahasa Arab dengan cermat. “Sebab bahasa al-Qur’an adalah bahasa Arab yang digunakan sejak abad ke-7 Masehi atau 1 Hijriah,” paparnya.
Ia mengungkapkan selain pemahaman bahasa, kontekstual teks al-Qur’an juga perlu diperhatikan satu persatu. “Perhatikan juga intertekstualitas di dalamnya,” ucapnya.
Lanjutnya, metode penafsiran ini banyak memberikan manfaat dalam menjawab tantangan perkembangan dunia kontemporer sekarang. “Cara ini memang merupakan hal baru, pasti ada yang setuju dan tidak,” lugasnya.
“Insyaallah jika tafsir ini memberikan mashlahat maka akan banyak yang menerima, begitulah cara menjawab persoalan zaman,” tutupnya. (wng)
Wartawan: Febrian Hidayat (Mg), dan Sri Rizki Pauzia Siregar (Mg).