Penulis: Fajar Hadiansyah (Mahasiswa Perbandingan Mazhab UIN Imam Bonjol Padang)
Kemarin kita dihadang oleh wabah Pandemi Covid-19, sekarang kita dihebohkan oleh beberapa berita yang mengabarkan terkait resesi ekonomi global yang mengancam dunia di tahun 2023. Presiden Jokowi menggambarkan secara dramatis, jelas, dan gamblang bahwa situasi dunia di tahun 2023 akan menjadi gelap. Pesan tersebut memberikan peringatan bagi seluruh komponen bangsa agar melakukan persiapan yang dianggap penting.
Sementara itu, pernyataan presiden diperkuat oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani bahwa seluruh dunia dalam bahaya, setelah itu Sri Mulyani menambahkan bahwa akan ada beberapa negara yang dianggap relatif aman terhadap resesi ekonomi ini, yaitu India, Indonesia, Brazil, dan Meksiko.
Dalam pernyataan Sri Mulyani bahwa Indonesia termasuk zona aman dari resesi ekonomi tahun 2023 meski begitu, kita harus waspada untuk itu jika resesi tersebut terjadi di negeri kita ini, karena kita tidak tahu bagaimana ke depannya.
Dalam tulisan ini, saya hendak membahas sedikit tentang bagaimana resesi ini terjadi dan bagaimana ciri-cirinya dan cara menghadapi resesi ekonomi pada tahun 2023, serta persoalannya. Media sedang diguncang oleh pelbagai pemberitaan mengenai resesi ini.
Penyebab resesi ekonomi ini terjadi diawali dengan adanya wabah Covid-19 yang melanda seluruh negara wabah ini hingga perekonomian manusia menurun. Dulunya, fenomena wabah ini tidak dianggap kondisi finansial turun, nyatanya malah sebaliknya.
Menilik pada 2 tahun belakang di mana masa pandemi menghambat alur pendapatan ekonomi masyarakat terlebih lagi alur perdagangan besar maupun kecil, sehingga pemerintah memberlakukan yang namanya PPKM dengan ketat ketika itu. Namun hal tersebut berdampak terhadap turunnya pendapatan pengusaha secara drastis. Melihat hal itu akhirnya pemerintah mencabut PPKM pada tanggal 30 Desember 2022 lalu.
Tidak hanya itu, kita juga ditekan dengan harga barang dan jasa yang makin hari makin meningkat secara drastis, sedangkan kita baru pulih dari wabah yang melanda menyebabkan penghidupan masyarakat tidak normal. Hal itu juga menjadi faktor pendorong bagi bank sentral untuk melakukan peningkatan nilai suku bunga. Itu bertujuan untuk melindungi kurs mata uang agar tidak turun.
Sementara itu, perkembangan teknologi yang signifikan menyebabkan beberapa dari pekerjaan manusia tergantikan oleh sistem tersebut, contohnya sistem Artificial Intelligence (AI) yakni robot yang memiliki ilmu komputer dan mampu bekerja seperti layaknya manusia. Kondisi ini tentu sangat mengkhawatirkan akan banyaknya pengangguran ke depannya.
Ciri-Ciri Resesi Ekonomi
- Pertumbuhan ekonomi negatif, biasanya kondisi ini dipengaruhi oleh ketidakstabilan investasi, konsumsi, pendapatan, dan pengeluaran. Jika rasa ini telah hadir, maka kita di bawah bayang resesi.
- Barang impor besar dibandingkan ekspor, ketika negara banyak membeli barang di luar negeri akan berisiko defisit anggaran. Jika seperti ini, pendapatan nasional menurun dan bisa menyebabkan resesi.
- Pengangguran di mana-mana, hal tersebut menunjukkan bahwa lemahnya ekonomi di suatu negara dan diselingi dengan tingkat kriminalitas berpotensi meroket. Semakin banyak kriminal maka investor kehilangan kepercayaan untuk memberikan modal dan akhirnya jatuh ke zona resesi.
Cara menghadapi Resesi Ekonomi
Pertama, adanya dana darurat atau simpanan untuk masa depan, ini merupakan kewajiban yang mesti disiapkan untuk semua orang, jika resesi itu terjadi maka kita tidak mengalami kesulitan. Dana sumber utama untuk menghadapi resesi ekonomi. Karena, uang adalah segalanya dan untuk menjaga kestabilan keuangan keluarga maupun perusahaan.
Kedua, mencari passive income atau disebut mencari penghasilan yang bisa didapatkan sedang rebahan, untuk menjaga kestabilan ekonomi. Seperti berjualan online, menjual foto jika hobi, berbisnis kos-kosan.
Ketiga, meminimalisir pengeluaran dan utang seperti membelanjakan barang yang diperlukan. Hindari memakai kartu kredit jika berbelanja karena akan meningkatkan pengeluaran dan terakhir aktif dalam investasi.